Jumat, 30 Desember 2016

Makalah Toksikologi



BAB I
PENDAHULUAN

I.1        Latar Belakang
Toksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia terhadap organisme hidup. Potensi efek merugikan yang ditimbulkan oleh bahan kimia di lingkungan sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi mempunyai spesialis kerja bidang tertentu.
Toksikologi lingkungan adalah suatu studi yang mempelajari efek dari bahan polutan terhadap kehidupan dan pengaruhnya terhadap ekosistem yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan antara manusia dengan polutan yang ada di lingkungan.
Toksikologi lingkungan merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari senyawa kimia yang bersifat toksik hingga merugikan terhadap organisme hidup dan merugikan terhadap kesehatan manusia. Tujuan mempelajari toksokilogi lingkungan adalah untuk mengetahui jenis-jenis zat toksin (toksikan) mekanisme toksikan menyerang tubuh organisme, mengetahui kejala keracunan, dan menanggulangi bahaya yang diakibatkan zat toksik di lingkungan.
Makanan adalah sumber energi bagi manusia. Karena jumlah penduduk yang terus berkembang, maka jumlah produksi makananpun harus terus bertambah untuk mencukupi jumlah penduduk (Agnesa, 2011). Kebutuhan makan yang meningkat membuat produksi makanan dan minuman menjadi “ajang kecurangan” dengan menambahkan beberapa zat kimia berbahaya dalam produk yang dihasilkan seperti penambahan boraks dan formalin yang ramai diberitakan. Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya zat kimia semacam boraks dan formalin adalah zat bersifat toksik membuat pemakaian zat kimia tersebut cenderung “biasa” digunakan. Kebiasaan buruk tersebut berakibat menurunnya kualitas kesahatan akibat keracunan akut (Shibamoto dan Bjeldanes, 2009).
Kebutuhan masayarakat akan bahan pangan juga terkadang membuat masyarakat kurang hati-hati dalam memilih bahan makanan. Ada beberapa bahan makanan yang secara alami memiliki zat toksik seperti gadung dan ketela pohon yang memiliki kandungan asam sianida yang tinggi serta beberapa makanan laut seperti ikan fugu dan beberapa jenis kerang-kerangan yang memiliki kadar neurotoxin tinggi hingga dapat menimbulkan keracunan hebat bila tidak diolah dan dinetralisir terlebih dahulu.

I.2        Rumusan Masalah
1.      Bagaimana senyawa Toksic mempengaruhi lingkungan biologis
2.      Bagaimana efek senyawa toksic terhadap lingkungan biologis
3.      Bagaimana upaya pencegahan dan pemberantasan toksic yang mencemari lingkungan biologis
4.      Bagaimana upaya mengendalikan bahaya toksic yang sudah mewabah dimasyarakat
1.3       Tujuan
1.      Kita diharapkan memahami tentang toksikologi dan bahayanya terhadap lingkungan
2.      Kita diharapkan mampu untuk memahami bagaimana cara kerja toksic terhadap lingkungan biologis
3.      Kita diharapkan untuk mampu mengerti dan memahami efek dari bahaya toksic terhadap lingkungan.
4.      Kita diharapkan mampu memahami dan mengaplikasikan upaya dan cara pencegahan bahaya toksic terhadap lingkungan
5.      Kita diharapkan untuk bisa mengaplikasikan pola hidup bersih dan sehat pada lingkungan kita masing-masing








BAB II
PEMBAHASAN

II.1      Klasifikasi Bahan Toksikan
            Bahan toksik dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1.      Organ tujuan : ginjal, hati, system hematopoitik, dll
2.      Penggunaan : peptisida, pelarut, food additive, dll
3.      Sumber : tumbuhan dan hewan
4.      Efek yang ditimbulkan : kanker, mutasi, dll
5.      Bentuk fisik : gas, cair, debu, dll
6.      Label kegunaan : bahan peledak, oksidator, dll
7.      Susunan kimia : amino aromatis, halogen, hidrokarbon, dll
8.      Potensi racun : organofosfat, lebih toksik daripada karbamat.
Untuk dapat diterima dalam spektrum agen toksik, suatu bahan tidak hanya ditinjau dari satu macam klasifiksi saja, tetapi dapat pula ditinjau dari beberapa kombinasi dan beberapa faktor lain. Klasifikasi bahan toksik dapat dibagi secara kimiawi, biologi dan karakteristik paparan yang bermanfaat untuk pengobatan.
Toksin alami adalah kelompok toksin yang secara alamiah ada dalam makanan termasuk dalam kelompok ini adalah phenol, glikosida sianogen, glukosinolat, inhibitor asetilcholinesterase, amina biogenik, dan stimulan sentral.
Zat anti nutrisi: Adalah substansi yang dapat mempengaruhi senyawa makanan sebelum dimakan, selama pencernaan dalam saluran pencernaan dan setelah penyerapan oleh tubuh. Pengaruh negatif dari zat anti nutrisi tidak segera nampak sebagaimana senyawa toksik pada makanan.
Kontaminasi zat beracun: Kontaminasi zat beracun dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu pertama; bercampur secara langsung dengan bahan-bahan yang mengandung racun, yang kedua karena produk tersebut telah memakan racun, misalnya ikan terkena racun (logam berat) dan susu yang berasal dari hewan yang terkena racun, dan yang ketiga adalah kontaminasi yang berasal dari mikroorganisme.

II.2      Efek Senyawa Toksic Terhadap Lingkungan Bilogis
Efek merugikan/ toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk menimbulkan keadaan toksik.
Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila ingin mengklasifiksikan toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek yang timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan sasarannya.
Perbandingan dosis lethal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari paparan sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan dapat diberikan dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya bahan polutan pertama melalui intravena, sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka dapat diperkirakan bahwa bahan polutan yang masuk melalui intravena memberi reaksi cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda maka dapat diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya suatu bahan masuk kulit dengan  dosis  lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan dosis yang lebih rendah maka, dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun sehingga suatu bahan polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis tinggi.
Efek toksik didalam tubuh tergantung pada :
1.      Reaksi alergi
Alergi adalah reaksi yang merugikan yang disebabkan oleh bahan kimia atau toksikan karena peka terhadap bahan tersebut. Kondisi alergi sering disebut sebagai “ hipersensitif “, sedangkan reaksi alergi atau reaksi kepekaannya dapat dipakai untuk menjelaskan paparan bahan polutan yang menghasilkan efek toksik. Reaksi alergi timbul pada dosis yang rendah sehingga kurve dosis responnya jarang ditemukan.
2.      Reaksi ideosinkrasi
Merupakan reaksi abnormal secara genetis akibat adanya bahan kimia atau bahan polutan.


3.      Toksisitas cepat dan lambat
Toksisitas cepat merupakan manifestasi yang segera timbul setelah pemberian bahan kimia atau polutan. Sedangkan toksisitas lambat merupakan manifestasi yang timbul akibat bahan kimia atau toksikan selang beberapa waktu dari waktu timbul pemberian.
4.      Toksisitas setempat dan sistemik
Perbedaan efek toksik dapat didasarkan pada lokasi manifestasinya. Efek setempat didasarkan pada tempat terjadinya yaitu pada lokasi kontak yang pertama kali antara sistem biologi dan bahan toksikan. Efek sistemik terjadi pada jalan masuk toksikan kemudian bahan toksikan diserap, dan didistribusi hingga tiba pada beberapa tempat. Target utama efek toksisitas sistemik adalah sistem syaraf pusat kemudian sistem sirkulasi dan sistem hematopoitik, organ viseral dan kulit, sedangkan otot dan tulang merupakan target yang paling belakangan.

Respon toksik tergantung pada :
1.        Sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut
2.        Situasi pemaparan
3.        Kerentanan sistem biologis dari subyek

Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas adalah :
1.      Jalur masuk ke dalam tubuh
Jalur masuk ke dalam tubuh suatu polutan yang toksik, umumnya melalui saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan, kulit, dan jalur lainnya. Jalur lain tersebut diantaranya daalah intra muskuler, intra dermal, dan sub kutan. Jalan masuk yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan paparan yang berasal dari industri biasanya masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan terhirup, sedangkan kejadian “keracunan” biasanya melalui proses tertelan.
2.      Jangka waktu dan frekuensi paparan
·         Akut : pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam
·         Sub akut : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 1 bulan atau kurang
·         Subkronik : pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 3 bulan
·         Kronik : pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka waktu lebih dari 3 bulan
Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan ulangannya. Bahan polutan benzena pada peran pertama akan merusak sistem syaraf pusat sedangkan paparan ulangannya akan dapat menyebabkan leukemia.
Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan apabila diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan menghasilkan beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan hanya separohnya maka efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis yang diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek. Efek toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis berbeda saja tetapi mungkun juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis dapat terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada kondisi kronis bersifat irreversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai cukup waktu untuk pulih akibat paparan terus-menerus dari bahan toksik.

II.3      Tindakan Preventif Terhadap Efek Toksic
Pada prinsipnya tindakan pencegahan adalah berusaha untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya antara lain :
1.      Membuang sampah pada tempatnya. Setiap rumah tangga dapat memisahkan sampah atau limbah atas dua bagian yakni organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme (biodegradable) dan anorganik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) dalam dua wadah yang berbeda sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir.
2.      Mengolah sampah organik menjadi kompos. Sistem pengomposan memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Kompos merupakan jenis pupuk yang ekologis dan tidak merusak lingkungan, Bahan yang dipakai tersedia (tidak perlu dibeli), Masyarakat dapat membuatnya sendiri (tidak memerlukan peralatan yang mahal), dan Unsur hara dalam pupuk kompos lebih tahan lama jika dibandingkan dengan pupuk buatan.
3.      Sampah organik yang mudah rusak dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak
4.      Untuk bahan-bahan yang dapat didaur ulang, hendaknya dilakukan proses daur ulang, seperti kaca, plastik, kaleng, dan sebagainya.
5.      Mengurangi penggunaan bahan-bahan yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme (nonbiodegradable). Misalnya mengganti plastik sebagai bahan kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah lingkungan seperti dengan daun pisang atau daun jati.
6.      Melakukan proses pemurnian terhadap limbah industri sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan.
7.      Penggunaan pupuk, pestisida sesuai dengan aturan, misalnya hindari teknik penyemprotan yang salah, misalnya menyemprot berlawanan dengan arah angin, Tidak menggunakan obat melebihi takaran, Pilihlah tempat yang cocok untuk mengubur atau membakar bekas wadah, jangan membuang di tempat sampah, atau tempat lain yang dapat terjangkau anak-anak, Jangan membuang wadah bekas ke sumber air atau selokan, Jangan membakar wadah yang bertekanan tinggi, Tidak mencuci peralatan penyemprot di sungai atau di dekat sumur, agar tidak mencemari sungai atau sumur penduduk.
Ada beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah, diantaranya adalah :
A.           Remidiasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Hal yang perlu diketahui sebelum dilakukan remidiasi adalah sebagai berikut:
·         Jenis pencemar (organic atau anorganik), terdegradasi/tidak, berbahaya/tidak,
·         Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah tersebut,
·         Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan Fosfat (P),
·         Jenis tanah,
·         Kondisi tanah (basah, kering),
·         Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut,
·         Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera/bisa ditunda).
Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

B.       Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Jenis jenis biomerasi
·         Biostimulasi
Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut.
Bioaugmentasi
·         Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang tercemar.
Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi :
a)      Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi ph, dsb
b)      Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus
c)      Penerapan immobilized enzymes
d)     Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah pencemar.
BAB III
PENUTUP

III.1     Kesimpulan
Bahan pencemar Lingkungan yang bersifat toksic telah dibuktikan terdapat pada berbagai komponen lingkungan utama pendukung kehidupan, yaitu udara, air, tanah, dan bahan pangan.
Kajian mengenai kandungan logam berat berbahaya yang dapat terserap oleh tanaman sayuran yang biasa dikonsumsi oleh manusia seperti halnya caisim, bawang merah, kubis, tomat, wortel, selada bokor dan lain-lain sebagai akibat dari penggunaan pupuk yang berlebihan dan polusi udara di lahan dekat jalan raya masih perlu banyak dilakukan. Dengan adanya informasi mengenai kandungan Pb, Cd, Hg, As, Cu dan bahkan logam-logam berat lain dalam tanaman, diharapkan petani dapat mengurangi penggunaan pupuk yang berdampak negatif pada tanaman. Dengan demikian produksi tanaman yang maksimal akan didukung oleh kualitas yang baik serta aman untuk dikonsumsi. Masyarakat pun perlu disadarkan akan bahaya logam berat pada sayuran dan buah-buahan yang setiap hari dikonsumsi. Karena secanggih apapun teknologi (yang berpotensi menimbulkan bahaya logam berat), apabila tidak disertai dengan system daur ulang limbah yang benar, pada akhirnya akan berpotensi membahayakan kesehatan manusia secara universal sehingga kecanggihan teknologi tersebut tidak ada artinya, bahkan harus dibayar dengan harga kesehatan yang mahal oleh umat manusia.

III.2     Saran
Diharapkan bagi setiap manuasia mengendalikan aktifitasnya yang dapat memberSikan dampak buruk terhadap Bahaya Kontaminasi Logam Berat Dalam Sayuran dan Alternatif Pencegahan Pencemarannya yang dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan.



DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2000. Bahaya Kontaminasi Logam Berat Timbal pada Makanan. Sedap Sekejap Edisi 10/I, September 2000.
Darmono . 2006 . Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya  Dengan Toksikologi Seyawa Logam . Jakarta . UI-Press
http://yazhid28bashar.blogspot.com/2014/06/makalah-toksikologi.html






Share:

0 komentar:

Posting Komentar