KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Berbicara Dimuka Umum’’ Berbagai halangan serta
rintangan banyak penulis alami dalam penulisan makalah ini, namun berkat
bantuan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan juga. Oleh karena itu, tidak lupa penulis ucapakan kepada seluruh
pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, di antaranya yaitu:
1.
Drs.Mohammad KanzannudinM.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah
“Keterampilan Bahasa Indonesia”.
2.
Para karyawan beserta staf tata usaha Universitas Muria Kudus yang telah
banyak membantu dalam penyediaan sarana dan fasilitas.
Tentunya makalah ini masih sangat jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi tersempurnanya makalah berikutnya yang akan penulis buat.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih banyak atas
perhatian pembaca.
Kudus,
19September 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar.........................................................................................................................1
Daftar isi..................................................................................................................................2
PENDAHULUAN....................................................................................................................3
A. Latar
belakang.............................................................................................................3
B. Rumusan
masalah.......................................................................................................4
C. Tujuan.........................................................................................................................4
ISI............................................................................................................................................5
Berbicara Dimuka
Umum.......................................................................................................5
A. Berbicara
untuk melaporkan.......................................................................................6
B. Berbicara
secara
kekeluargaan....................................................................................9
C. Berbicara
untuk meyakinkan.......................................................................................10
D. Berbicara
untuk
merundingkan...................................................................................11
SIMPULAN.............................................................................................................................13
DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Seseorang harus memahami
kepribadiannya sebelum menciptakan sebuah komunikasi. Memang sangat sulit untuk
berkepribadian seperti yang kita inginkan, dalam hal ini ingin menjadi orang
yang selalu siap tampil berbicara di depan banyak orang. Akan tetapi, hal
tersebut bukanlah sesuatu yang tidak mungkin.
Komunikator yang baik yaitu
apabila ia berkomunikasi sesuai dengan motivasi dari dalam dirinya. Yakni
motivasi untuk memberikan pengetahuan baru bagi pendengarnya. Namun,
permasalahannya yaitu tidak semua orang mampu berbicara dengan baik dan benar
di depan banyak orang. Hal tersebut sesuai dengan pengalaman saya dan sebagian
teman saya, bahwa untuk berbicara di depan banyak orang terdapat beberapa
halangan yang terkadang tidak bisa diidentifikasikan alasannya.
Setiap orang pasti
merasa tidak percaya diri untuk berbicara di depan umum. Akibatnya,
munculah suatu persepsi bahwa untuk menjadi seorang public speaking haruslah
memiliki kemampuan mendasar yang dinamakan softskill. Akan tetapi, masih banyak
pulapublic speaking ternama yang berkata bahwa dirinya selalu mengalami grogi
sesaat sebelum berbicara di depan para calon pendengarnya. Artinya,
keterbatasan softskillbukanlah alasan bagi seseorang untuk tidak mampu terampil
berbiacara di depan orang banyak. Ketidakpercayaan diri itu dipengaruhi oleh
sejauh mana seseorang mempersiapkan dirinya untuk tampil di depan publik, baik
dari segi topik pembicaraan, fisik, maupun mental.
Permasalahan lain yang biasa di alami yaitu
kurangnya penguasaan materi yang akan disampaikan. Seorang pembicara selalu
berharap mendapatkan banyak dukungan terhadap pendapat dan materi yang akan ia
sampaikan. Akan tetapi, sebagian besar orang cenderung merasa rendah diri
terhadap permasalahan ini. Khususnya ketika ia membandingkan dirinya dengan
tingkat status, nilai, penampilan, penghasilan, atau kecerdasan dari calon
pendengar yang akan dihadapinya. Secara langsung hal ini akan menyebabkan
depresi. Maka dari itu, dibutuhkanlah sebuah kekuatan dari dalam diri individu
untuk selalu berpikir positif. Potensi-potensi yang ada pada diri mereka hanya
butuh ditampilkan.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa itu berbicara dimuka umum?
2.
Apa saja jenis - jenis berbicara dimuka umum? Dan apa manfaat yang dapat
kita ambil?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui apa itu berbicara dimuka umum.
2.
Mengetahui jenis – jenis berbicaraa dimuka umum dan apa manfaat yang
dapat diambil.
BAB II
ISI
BERBICARA DI MUKA UMUM
Berbicara di muka umum merupakan salah satu teknik atau seni berbicara
yang harus dimiliki oleh pembicara untuk
mampu menarik perhatian audiens. Untuk
menarik perhatian audiens, terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh
pembicara selain persiapan materi yang matang, yaitu:
1. Mempersiapkan mental dengan
baik, yakni dengan memahami kondisi ruangan dan psikologis audiensnya.
2. Berlatih
dengan baik dan teratur di depan cermin, dengan
maksud agar pembicara mampu melihat mimik dan ekspresi mukanya.
5. Menyelipkan humor-humor atau
cerita lucu di antara pembicaraan yang disampaikan, sehingga pendengar tidak
merasa bosan.
Persiapan
yang baik akan membantu pembicara mengantisipasi gangguan yang akan muncul ketika
seseorang berbicara di depan umum. Gangguan tersebut diantaranya adalah kurang
antusiasnya audiens untuk memperhatikan pembicaraan yang disampaikan, tidak
mendukungnya suasana ruangan, dan karateristik audiens
yang di luar perkiraan.
Berbicara di muka umum di bagi
menjadi 4 yaitu:
A. BERBICARA UNTUK MELAPORKAN
Berbicara untuk melaporkan adalah
berbicara yang bertujuan untuk menyampaikan suatu informasi dengan tujuan:
1. Memberi atau menanamkan pengetahuan
2. Menetapkan atau menentukan hubungan – hubungan
antara benda – benda
3. Menerangkan atau menjelaskan suatu proses
4.
Menginterpretasikan atau menafsirkan suatu persetujuan atau pun menguraikan
suatu tulisan
Hal-hal tersebut merupakan situasi – situasi
informatif dengan tujuan memberi pengertian atau makna – makna suatu hal agar
lebih jelas.
Contoh:
Menanamkan pengetahuan merupakan
fungsi utama perkuliahan di suatu perguruan tinggi. Kompetensi atau pengetahuan
tentang suatu hal yang dimiliki oleh dosen dikomunikasikan dikomunikasikan
kepadapara mahasiswanya. Dalam penyampaiannya haruslah dipersiapkan segala
sesuatunya yang dapat meyakinkan, membuat para mahasiswa menyadari sifat,
maupun memahami hakikat yang dikemukakan dalam perkuliahan tersebut. Dapat
diambil kesimpulan bahwa kuliah merupakan suatu situasi berbicara yang tujuan
umumnya adalah pengertian dan pemahaman dan tujuan khususnya adalah menanamkan
informasi.
Pembicaraan – pembicaraan
yang bersifat informatif membuat kita
sadar pada lima sumber utama, yaitu:
1. Pengalaman – pengalaman yang harus dihubung –
hubungkan seperti perjalanan, petualangan, maupun cerita roman atau novel.
2. Suatu proses yang harus dijelaskan, seperti
pembuatan sebuahbuku, mencampur pigmen – pigmen untuk membuat warna – warna,
merekam, serta memotret bunyi.
3. Tulisan – tulisan yangharus dijelaskan atau
dipahami, seperti makna konstitusi, dan falsafah plato.
4. Ide – ide atau gagasan – gagasan yang harus disingkapkan, seperti
makna estetika.
5. Intruksi – intruksi atau pengajaran – pengajaran
yang harus digambarkan atau divisualkan, seperti: bagaimana cara bermain catur,
bagaimana cara membuat kapal, dan lain – lain.
Perlu diketahui bahwa tuntutan serta pertimbangan dalam situsi – situasi
informatif lebih bersifat intelektual. Kita harus berusaha menempatkan segala
sesuatu dalam posisi dan urutan yang mudah dipahami. Untuk pernyataan mengenai
apakah “sesuatu”, dapat dijawab dengan jalan menempatkan hubungan mengenai hal
– hal yang telah diketahui yaitu, menunjukan kesamaan (komparasi) atau
perbedaan (kontras), dengan cara menempatkannya dalam suatu kelas yang telah
lebih di ketahui (jenis), atau dengan jalan menebutkan bagian – bagian
(definisi). Pendekatan yang kita buat bisa secara deduktif maupun induktif.
Situasi – situasi tersebut dapat
di kelompokkan kedalam klasifikasi informatif berikut ini, yaitu :
a. Kuliah, ceramah (lecture)
b. Ceramah tentang perjalanan (travelogue)
c. Pengumuman, pemberitahuan, maklumat
(announcement)
d. Laporan (report)
e. Intruksi, pelajaran, pengajaran (instruction)
f. Pemberian sesuatu pemandangan atau adegan
(description of a scene)
g. Pencalonan, pengangkatan, dan penunjukan
(nominaton)
h. Pidato atau kata – kata pujian tentang seseorang
yanng telah meninggal dunia (eulogy)
i. Anekdot, lelucon, dan lawak (anecdote)
j. Cerita, kisah, dan riwayat (story)
(Powers,
1951; 195 – 197)
Apa saja tujuan yang hendak di
capai dalam suatu pembicaraan, perlu adanya suatu rencana terlebih dahulu.
Dalam merencanakan suatu pembicaraan, kita hsrus mengikuti langkah – langkah
berikut:
1. Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati kita
Jika kita memilih suatu pokok
pembicaraan yang kita suka atau senangi, tentu kita akan lebih antusias dalam
menyampaikannya, dan hampir dapat di pastikan akan dapat menarik antsiasme atau
perhatian para pendengar juga.
2. Membatasi pokok pembicaraan
Tentu tidak efektif jika kita
menjelaskan suatu hal secara terperinci dari segala aspek pembicaraan dalam
waktu singkat. Dengan cara membatasi pokok atau suatu aspek pembicaraan kita
dapat mengkondisikan waktu agar tidak terlalu lama dan membuat jenuh pendengar,
namun jika kita mencakup hanya satu bidang tertentu secara baik dan menarik, itu
akan menimbulkan kesan yang samar – samar atau khusus pada para pendengar.
3. Mengumpulkan bahan – bahan
Ketika kita telah terbiasa dengan
pokok masalah yang hendak disampaikan, maka yang jadi masalah adalah mencari
bahan lebih banyak yang di butuhkan. Bila membutukhan bahan tambahan yang lebih
banyak , kita dapat mengumpulkannya dari berbagai nsumber, baik buku maupun
internet, atau dapat juga mewawancarai orang – orang yang telah ahli di bidang
tersebut.
4. Menyusun bahan
Pembicaraan yang hendak di sampaikan biasanya
terdiri atas tiga hal pokok yaitu:
(a) pendahuluan
Pendahuluan berfungsi untuk
menarik perhatian pendengar, maka rancangklah pembukaan sebaik dan semenarik
mungkin. Kita dapat melalui dengan suatu pertanyaan yang merangsang atau
menimbulkan rasa ingin tahudari para pendengar.
(b) isi
Dalam merencanakan isi
pembicaraan kita harus memperhatikan atau menggaris bawahi point – point penting yang akan ditelusuri.
Rencanakanlah penggunaan kata – kata yang akan memudahkan para pendengar mengikuti gagasan – gagasan
yang kita sampaikan. Kalimat – kalimat dalam isi pembicaraan yang anda
sampaikan harus mengandung unsur semangat, bergairah, antusias, logis dan
spesifik.
(c) simpulan.
Simpulan hendaklah berisi rangkuman atau point – point penting dari
pembicaraan tersebut. Kata – kata terakhir atau penutup hendaklah dipilih yang
tepat dan baik, serta diucapkan dengan penuh semangat dan penekanan.
B.
BERBICARA SECARA KEKELUARGAAN
Tidak ada wadah lain yang lebih
sesuai untuk maksud – maksud seperti menceritakan
suatu kejadian dan sebagainya kecuali dalam situasi persahabatan atau
kekeluargaan. Para partisipan menginginkan seorang pembicara untuk melambangkan
serta memperagakan dalam suatu hati,keadaan jiwa, fikiran, dan tindakan yang
menarik dan sesuai perasaan – perasaan kelompok tersebut. Untuk sang pembicara
ini adalah sebuah tantangan yang menentukan sikapnya bahannya dan , dan
penyampaiannyaKetiga hal tersebut harusnya dapat menembangkan keramah tamahan
dan mempertinggikan. Keramahtamahan seharusnya menjadi sebuah inti pokok, dan
kegembiraa bersama hendaknya merupakan tujuan khusus.
Hal umum yang menjamin serta
memadukan perasaan persahabatan adalah melalui obrolan hiburan. Menghibur yaitu
melakukan suatu hal yang dapat menyenangkan hati, menciptakan suatu suasana
riang dengan cara membuat suasana gembira yang menimbulkan rasa bangga menjadi
anggota suatu kelompok tersebut. Sasaran yang dituju yaitu peristiwa –
peristiwa kemanusian yang penuh lucuan
ataukegelian sederhana. Media yang paling digunakan adalah bercerita atau
mendongeng, apalagi cerita yang lucu, jenaka, maupun menggelikan.
Kesempatan – kesempatan bagi
pembicaraan yang bersifat kekeluargaan atau persahabatan, antara lain:
1)
Pidato sambutan selamat datang,
2)
Pidato perpisahan,
3)
Pidato penampilan, penyajian, dan peerkenalan,
4)
Pidato jawaban atau balasan,
5)
Pidato atau sambutan dalam pembukaan suatu upacara, pemberian ijasah dan
lain – lain,
6)
Pembicaraan sesudah makan,
7)
Pidato atau sambutan pada saat – saat memperingati hari jadi dan hari
ulang tahun,
8)
Pidato atau sambutan hiburan, pertunjukan, dan lain – lain, serta
9)
Pidato atau kata – kata pujian tentang seseurang yang telah meninggal
dunia.
(Powers,
1951 : 208).
C. BERBICARA UNTUK MEYAKINKAN
Menurut
aristoteles “ persuasi (bujukan, desakan, dan meyakinkan) adalah seni penanaman
alasan-alasan atau motif-motif yang menuntun ke arah tindakan bebas yang
konsekuen “.
Pembicaraan yang bersifat
persuasif disampaikan kepada para pendengar bila kita menginginkan penampilan
suatu tindakan atau pengejaran suatu bagian tertentu dari suatu tindakan.
Tindakan –tindakan serupa itu mungkin merupakan penerimaan suatu pendirian ,
pemungutan atau pengadopsian seperangkat prinsip, atau tindakan pelaksanaan
tugas-tugas serupa itu. Tuntutan atau daya penarik dalam hal ini kebanyakan
bersifat emosional. Daya penarik ini menampilkan motif-motif kepada kita untuk
bertindak menurut cara yang dikehendaki. Apabila aksi tidak dapat diperoleh tanpa kepastian
pendirian ,maka argumentasi dari orang intelek dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan. Eksposisi dan deskripsi menyajikan konsep-konsep mengenai sebuah
makna yang terlibat. Namun harus disadari bahwa proses tersebut merupakan batu
loncatan kepada tujuan nyata dari tindakan yang diharapkan.
Meyakinkan pada dasarnya dalah
membuat atau membujuk seorang akan kebenaran dan itu berbeda dari memaksakan.
Jadi meyakinkan lebih kepada akal fikiran daripada perasaan emosional.
Meyakinkan
menuntut beberapa unsur, antara lain :
1.
Kejelasan, kemurnian, atau kecerahan (clarity).
2.
Ketertiban , kerapian, atau keteraturan (orderlines).
3.
Fakta-fakta, bukti-bukti, atau petunjuk-petunjuk (evidence).
4.
Alasan-alasan, bantahan-bantahan, penjelasan-penjelasan, atau
argumen-argumen (arguments).
5.
Pikiran –pikiran atau pemikran yang jujur dan terus terang.
(powers,
1951 : 241-242)
Biasanya para pendengar
dirangsang untuk berbuat aksi dengan daya tarik yang emosional. Dan daya tarik
yang fundamental dari semua pembicara adalah daya tarik pribadi mereka.
Biasanya pendengar tertarik atau terpikat oleh karakter yang kuat dari seorang
pembicara. Dalam benak pendengar harus tertanam keyakinan yang kuat agar proses
ini berjalan dengan baik. Dengan kata lain pembicara sangat mempengaruhi
keyakinan pendengar.Kepastian pendirian bergerak maju dari penyediaan
alasan-alasan yang cukup banyak menuju ke akal pikiran.
Menurut
Schwab dan Beatty yang telah melakukan penelitian bertahun-tahun menyarankan
beberapa cara untuk memperoleh aksi daya tarik dasar, yang meliputi :
a.
Ajukanlah suatu penawaran
misalnya : menawarkan brosur, contoh, percobaan bebas, premi (hadiah),
harga perdana,dan lain lain.
b.
Batasi waktu : batasi waktu untuk penawaran.
c.
Persediaan terbatas : yaitu menekankan kepada pendengar bahwa hal yang
dibicarakan itu bersifat terbatas, jadi pendengar termotivasi dengan keadaan
tersebut mengingat sesuatu yang dibicarakan itu terbatas sehingga muncul dalam
benak pendengar takut tidak mendapatkan hal tersebut.
d.
Jaminan atau garansi : memberikan jaminan atau garansi tentang hal yang
dimaksud sehingga pendengar akan merasa nyaman dan akan terbujuk.
e.
Harga meningkat terus : yaitu memberikan informasi kepada pendengar
bahwa hal ( bisa meliputi barang, dsb) dapat naik sewaktu- waktu. Mungkin hari
ini harga di bawah standar, namun besok belum tentu. Sehingga pendengar akan
berfikiran untuk membeli produk tersebut secepatnya.
f.
Penurunan harga
g.
Keuntungan atau kerugian : membujuk pendengar dengan cara memberi
informasi keuntungan apa saja yang didapat jika membeli produk atau barang
tersebut dan hal apa saja yang akan terjadi bila tidak membeli produk atau
barang tersebut.
D. BERBICARA UNTUK MERUNDINGKAN
Berbicara
untuk merundingkan atau deliberative speaking pada dasarnya bertujuan untuk
menemukan sejumlah keputusan atau rencana yang tepat yang sebelumnya
dibicarakan dahulu dengan beberapa pihak untuk mencapai tujuan atau keputusan.
Keputusan-keputusan itu dapat menyangkut sifat hakekat tindakan masa lalu atau sifat dan hakekat
tindakan-tindakan mendatang. Misalnya : dalam suatu pemeriksaan, pengadilan
mencoba menentukan apakah seorang itu tidak bersalah atau bersalah terhadap
tindakannya pada masa lalu sehingga mungkin saja mengambil keputusan pada aspek
“ di sini dan kini “. Fakta- fakta diteliti dan ditelaah untuk menentukan
apakah keputusan yang diambil itu benar-benar adil atau tidak. Pengadilan tidak
bermaksud untuk melaksanakan keputusannya, tetapi hanya untuk menentukan apa
sebenarnya yang terkandung dalam setiap kasus. Hukuman merupakan suatu rencana
ganti rugi atau retribusi yang disarankan oleh pengadilan,tetapi tidak
dilaksanakan oleh pengadilan. Begitu pula dalam perusahaan , para menejer
mengadakan pertemuan secara teratur untu menentukan apa yang baik dan apa yang
buruk dalam siasat-siasat penjualan dan administratif mereka sebelumnya. Dalam
pertemuan-pertemuan seperti itu yang menjadi tujuan adalah untuk memberi
penilaian terhadap tindakan-tindakan masa lalu , untuk menyelidiki serta
merenungkan nilainya. Dalam kedua jenis situasi yang di jelaskan di atas tadi,
maka yang merupakan hasil bukanlah tindakan, melainkan keputusan.
Dalam
menentukan suatu keputusan , tidak hanya bertolak pada fakta-fakta saja
melainkan harus mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan. Dalam menentukan
sebuah sifat suatu tindakan yang telah berlalu, menggunakan acuan fakta fakta
yang dicari. Sedangkan tindakan yang akan mendatang digunakan pedoman yang
fakta yang paling baiklah yang dicari.
Dalam
membuat keputusan para partispan harus teliti dan berhati-hati. Mereka tidak
menggunakan pendapat satu pihak namun semua pihak. Mereka juga menerima sebuah
nasehat, serta mempertimbangkan fakta-fakta yang dikemukakan. Keputusan
tersebut lebih bersifat intelektual dan tidak bersifat emosional, lebih
bersifat meyakinkan daripada mendesak. Metode-metode yang dipergunakan oleh
pembicara sederhana dan langsung dan dia berusaha keras membuka rahasia segala
fakta-fakta yang tersedia dan mungkin juga kemungkinan-kemungkinan yang ada.
Tujuan bukanlah tindakan ( atau aksi), tetapi bayangan pemikiran ( atau
refleksi), bukan melakukan, tetapi memutuskan . situasi-situasi yang seperti
itulah yang merupakan “situasi-situasi deliberatif” dan berbicara, dan tujuan
umumnya adalah keputusan atau kepastian pendirian.
BAB III
SIMPULAN
Berbicara di depan umum merupakan salah satu teknik atau seni berbicara
yang harus dimiliki oleh pembicara untuk
mampu menarik perhatian audiens. Berbicara
di muka umum Di bagi menjadi 4 yaitu, berbicara untuk melaporkan, berbicara
secara kekeluargaan, berbicara untuk meyakinkan, dan berbicara untuk
merundingkan. Manfaat yang dapatdiambil jika kita melatih diri berbicara dimuka
umum adalah kita dapat menempatkan diri kita di masyarakat, dan dapat
menyampaikan sesuatu dimuka umum.
DAFTAR
PUSTAKA
Taringan, Henry Guntur. 2008. Berbicara sebagai satu keterampilan
berbahasa. Bandung: Angkasa
0 komentar:
Posting Komentar