Jumat, 30 Desember 2016

Makalah Berbicara Dimuka Umum



KATA PENGANTAR
                                                    
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Berbicara Dimuka Umum’’ Berbagai halangan serta rintangan banyak penulis alami dalam penulisan makalah ini, namun berkat bantuan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan juga. Oleh karena itu, tidak lupa penulis ucapakan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, di antaranya yaitu:
1.      Drs.Mohammad KanzannudinM.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah “Keterampilan Bahasa Indonesia”.
2.      Para karyawan beserta staf tata usaha Universitas Muria Kudus yang telah banyak membantu dalam penyediaan sarana dan fasilitas.

Tentunya makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi tersempurnanya makalah berikutnya yang akan penulis buat.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih banyak atas perhatian pembaca.

Kudus, 19September 2013


Penulis





DAFTAR ISI

Kata pengantar.........................................................................................................................1
Daftar isi..................................................................................................................................2
PENDAHULUAN....................................................................................................................3
A.    Latar belakang.............................................................................................................3
B.     Rumusan masalah.......................................................................................................4
C.     Tujuan.........................................................................................................................4
ISI............................................................................................................................................5
Berbicara Dimuka Umum.......................................................................................................5
A.    Berbicara untuk melaporkan.......................................................................................6
B.     Berbicara secara kekeluargaan....................................................................................9
C.     Berbicara untuk meyakinkan.......................................................................................10
D.    Berbicara untuk merundingkan...................................................................................11
SIMPULAN.............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14








BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Seseorang harus memahami kepribadiannya sebelum menciptakan sebuah komunikasi. Memang sangat sulit untuk berkepribadian seperti yang kita inginkan, dalam hal ini ingin menjadi orang yang selalu siap tampil berbicara di depan banyak orang. Akan tetapi, hal tersebut bukanlah sesuatu yang tidak mungkin.
Komunikator yang baik yaitu apabila ia berkomunikasi sesuai dengan motivasi dari dalam dirinya. Yakni motivasi untuk memberikan pengetahuan baru bagi pendengarnya. Namun, permasalahannya yaitu tidak semua orang mampu berbicara dengan baik dan benar di depan banyak orang. Hal tersebut sesuai dengan pengalaman saya dan sebagian teman saya, bahwa untuk berbicara di depan banyak orang terdapat beberapa halangan yang terkadang tidak bisa diidentifikasikan alasannya.
Setiap orang pasti  merasa tidak percaya diri untuk berbicara di depan umum. Akibatnya, munculah suatu persepsi bahwa untuk menjadi seorang public speaking haruslah memiliki kemampuan mendasar yang dinamakan softskill. Akan tetapi, masih banyak pulapublic speaking ternama yang berkata bahwa dirinya selalu mengalami grogi sesaat sebelum berbicara di depan para calon pendengarnya. Artinya, keterbatasan softskillbukanlah alasan bagi seseorang untuk tidak mampu terampil berbiacara di depan orang banyak. Ketidakpercayaan diri itu dipengaruhi oleh sejauh mana seseorang mempersiapkan dirinya untuk tampil di depan publik, baik dari segi topik pembicaraan, fisik, maupun mental.
Permasalahan lain yang biasa di alami yaitu kurangnya penguasaan materi yang akan disampaikan. Seorang pembicara selalu berharap mendapatkan banyak dukungan terhadap pendapat dan materi yang akan ia sampaikan. Akan tetapi, sebagian besar orang cenderung merasa rendah diri terhadap permasalahan ini. Khususnya ketika ia membandingkan dirinya dengan tingkat status, nilai, penampilan, penghasilan, atau kecerdasan dari calon pendengar yang akan dihadapinya. Secara langsung hal ini akan menyebabkan depresi. Maka dari itu, dibutuhkanlah sebuah kekuatan dari dalam diri individu untuk selalu berpikir positif. Potensi-potensi yang ada pada diri mereka hanya butuh ditampilkan.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa itu berbicara dimuka umum?
2.      Apa saja jenis - jenis berbicara dimuka umum? Dan apa manfaat yang dapat kita ambil?
C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui apa itu berbicara dimuka umum.
2.      Mengetahui jenis – jenis berbicaraa dimuka umum dan apa manfaat yang dapat diambil.

















BAB II
ISI
BERBICARA DI MUKA UMUM
Berbicara di muka umum merupakan salah satu teknik atau seni berbicara yang harus dimiliki oleh pembicara untuk mampu menarik perhatian audiens. Untuk menarik perhatian audiens, terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pembicara selain persiapan materi yang matang, yaitu:
1.     Mempersiapkan mental dengan baik, yakni dengan memahami kondisi ruangan dan psikologis audiensnya.
2.     Berlatih dengan baik dan teratur di depan cermin, dengan maksud agar pembicara mampu melihat mimik dan ekspresi mukanya.
3.     Menyesuaikan penampilan fisik sebelum tampil di atas panggung.
4.     Berupaya untuk menjadi diri sendiri.
5.     Menyelipkan humor-humor atau cerita lucu di antara pembicaraan yang disampaikan, sehingga pendengar tidak merasa bosan.
Persiapan yang baik akan membantu pembicara mengantisipasi gangguan yang akan muncul ketika seseorang berbicara di depan umum. Gangguan tersebut diantaranya adalah kurang antusiasnya audiens untuk memperhatikan pembicaraan yang disampaikan, tidak mendukungnya suasana ruangan, dan karateristik audiens yang di luar perkiraan.
Berbicara di muka umum di bagi menjadi 4 yaitu:










A. BERBICARA UNTUK MELAPORKAN
Berbicara untuk melaporkan adalah berbicara yang bertujuan untuk menyampaikan suatu informasi dengan tujuan:
1. Memberi atau menanamkan pengetahuan
2. Menetapkan atau menentukan hubungan – hubungan antara benda – benda
3. Menerangkan atau menjelaskan suatu proses
4. Menginterpretasikan atau menafsirkan suatu persetujuan atau pun menguraikan suatu tulisan
Hal-hal tersebut merupakan situasi – situasi informatif dengan tujuan memberi pengertian atau makna – makna suatu hal agar lebih jelas.
Contoh:
Menanamkan pengetahuan merupakan fungsi utama perkuliahan di suatu perguruan tinggi. Kompetensi atau pengetahuan tentang suatu hal yang dimiliki oleh dosen dikomunikasikan dikomunikasikan kepadapara mahasiswanya. Dalam penyampaiannya haruslah dipersiapkan segala sesuatunya yang dapat meyakinkan, membuat para mahasiswa menyadari sifat, maupun memahami hakikat yang dikemukakan dalam perkuliahan tersebut. Dapat diambil kesimpulan bahwa kuliah merupakan suatu situasi berbicara yang tujuan umumnya adalah pengertian dan pemahaman dan tujuan khususnya adalah menanamkan informasi.
Pembicaraan – pembicaraan yang  bersifat informatif membuat kita sadar pada lima sumber utama, yaitu:
1. Pengalaman – pengalaman yang harus dihubung – hubungkan seperti perjalanan, petualangan, maupun cerita roman atau novel.
2. Suatu proses yang harus dijelaskan, seperti pembuatan sebuahbuku, mencampur pigmen – pigmen untuk membuat warna – warna, merekam, serta memotret bunyi.
3. Tulisan – tulisan yangharus dijelaskan atau dipahami, seperti makna konstitusi, dan falsafah plato.
4. Ide – ide atau gagasan – gagasan yang harus disingkapkan, seperti makna estetika.
5. Intruksi – intruksi atau pengajaran – pengajaran yang harus digambarkan atau divisualkan, seperti: bagaimana cara bermain catur, bagaimana cara membuat kapal, dan lain – lain.
Perlu diketahui bahwa tuntutan serta pertimbangan dalam situsi – situasi informatif lebih bersifat intelektual. Kita harus berusaha menempatkan segala sesuatu dalam posisi dan urutan yang mudah dipahami. Untuk pernyataan mengenai apakah “sesuatu”, dapat dijawab dengan jalan menempatkan hubungan mengenai hal – hal yang telah diketahui yaitu, menunjukan kesamaan (komparasi) atau perbedaan (kontras), dengan cara menempatkannya dalam suatu kelas yang telah lebih di ketahui (jenis), atau dengan jalan menebutkan bagian – bagian (definisi). Pendekatan yang kita buat bisa secara deduktif maupun induktif.
Situasi – situasi tersebut dapat di kelompokkan kedalam klasifikasi informatif berikut ini, yaitu :
a. Kuliah, ceramah (lecture)
b. Ceramah tentang perjalanan (travelogue)
c. Pengumuman, pemberitahuan, maklumat (announcement)
d. Laporan (report)
e. Intruksi, pelajaran, pengajaran (instruction)
f. Pemberian sesuatu pemandangan atau adegan (description of a scene)
g. Pencalonan, pengangkatan, dan penunjukan (nominaton)
h. Pidato atau kata – kata pujian tentang seseorang yanng telah meninggal dunia (eulogy)
i. Anekdot, lelucon, dan lawak (anecdote)
j. Cerita, kisah, dan riwayat (story)
            (Powers, 1951; 195 – 197)
Apa saja tujuan yang hendak di capai dalam suatu pembicaraan, perlu adanya suatu rencana terlebih dahulu. Dalam merencanakan suatu pembicaraan, kita hsrus mengikuti langkah – langkah berikut:
1. Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati kita
Jika kita memilih suatu pokok pembicaraan yang kita suka atau senangi, tentu kita akan lebih antusias dalam menyampaikannya, dan hampir dapat di pastikan akan dapat menarik antsiasme atau perhatian para pendengar juga.
2. Membatasi pokok pembicaraan
Tentu tidak efektif jika kita menjelaskan suatu hal secara terperinci dari segala aspek pembicaraan dalam waktu singkat. Dengan cara membatasi pokok atau suatu aspek pembicaraan kita dapat mengkondisikan waktu agar tidak terlalu lama dan membuat jenuh pendengar, namun jika kita mencakup hanya satu bidang tertentu secara baik dan menarik, itu akan menimbulkan kesan yang samar – samar atau khusus pada para pendengar.
3. Mengumpulkan bahan – bahan
Ketika kita telah terbiasa dengan pokok masalah yang hendak disampaikan, maka yang jadi masalah adalah mencari bahan lebih banyak yang di butuhkan. Bila membutukhan bahan tambahan yang lebih banyak , kita dapat mengumpulkannya dari berbagai nsumber, baik buku maupun internet, atau dapat juga mewawancarai orang – orang yang telah ahli di bidang tersebut.
4. Menyusun bahan
Pembicaraan yang hendak di sampaikan biasanya terdiri atas tiga hal pokok yaitu:
(a) pendahuluan
Pendahuluan berfungsi untuk menarik perhatian pendengar, maka rancangklah pembukaan sebaik dan semenarik mungkin. Kita dapat melalui dengan suatu pertanyaan yang merangsang atau menimbulkan rasa ingin tahudari para pendengar.
(b) isi
Dalam merencanakan isi pembicaraan kita harus memperhatikan atau menggaris bawahi  point – point penting yang akan ditelusuri. Rencanakanlah penggunaan kata – kata yang akan memudahkan  para pendengar mengikuti gagasan – gagasan yang kita sampaikan. Kalimat – kalimat dalam isi pembicaraan yang anda sampaikan harus mengandung unsur semangat, bergairah, antusias, logis dan spesifik.
(c) simpulan.
Simpulan hendaklah berisi  rangkuman atau point – point penting dari pembicaraan tersebut. Kata – kata terakhir atau penutup hendaklah dipilih yang tepat dan baik, serta diucapkan dengan penuh semangat dan penekanan.

B. BERBICARA SECARA KEKELUARGAAN
Tidak ada wadah lain yang lebih sesuai untuk maksud – maksud  seperti menceritakan suatu kejadian dan sebagainya kecuali dalam situasi persahabatan atau kekeluargaan. Para partisipan menginginkan seorang pembicara untuk melambangkan serta memperagakan dalam suatu hati,keadaan jiwa, fikiran, dan tindakan yang menarik dan sesuai perasaan – perasaan kelompok tersebut. Untuk sang pembicara ini adalah sebuah tantangan yang menentukan sikapnya bahannya dan , dan penyampaiannyaKetiga hal tersebut harusnya dapat menembangkan keramah tamahan dan mempertinggikan. Keramahtamahan seharusnya menjadi sebuah inti pokok, dan kegembiraa bersama hendaknya merupakan tujuan khusus.
Hal umum yang menjamin serta memadukan perasaan persahabatan adalah melalui obrolan hiburan. Menghibur yaitu melakukan suatu hal yang dapat menyenangkan hati, menciptakan suatu suasana riang dengan cara membuat suasana gembira yang menimbulkan rasa bangga menjadi anggota suatu kelompok tersebut. Sasaran yang dituju yaitu peristiwa – peristiwa  kemanusian yang penuh lucuan ataukegelian sederhana. Media yang paling digunakan adalah bercerita atau mendongeng, apalagi cerita yang lucu, jenaka, maupun menggelikan.
Kesempatan – kesempatan bagi pembicaraan yang bersifat kekeluargaan atau persahabatan, antara lain:
1)      Pidato sambutan selamat datang,
2)      Pidato perpisahan,
3)      Pidato penampilan, penyajian, dan peerkenalan,
4)      Pidato jawaban atau balasan,
5)      Pidato atau sambutan dalam pembukaan suatu upacara, pemberian ijasah dan lain – lain,
6)      Pembicaraan sesudah makan,
7)      Pidato atau sambutan pada saat – saat memperingati hari jadi dan hari ulang tahun,
8)      Pidato atau sambutan hiburan, pertunjukan, dan lain – lain, serta
9)      Pidato atau kata – kata pujian tentang seseurang yang telah meninggal dunia.
(Powers, 1951 : 208).



C. BERBICARA UNTUK MEYAKINKAN

            Menurut aristoteles “ persuasi (bujukan, desakan, dan meyakinkan) adalah seni penanaman alasan-alasan atau motif-motif yang menuntun ke arah tindakan bebas yang konsekuen “.
Pembicaraan yang bersifat persuasif disampaikan kepada para pendengar bila kita menginginkan penampilan suatu tindakan atau pengejaran suatu bagian tertentu dari suatu tindakan. Tindakan –tindakan serupa itu mungkin merupakan penerimaan suatu pendirian , pemungutan atau pengadopsian seperangkat prinsip, atau tindakan pelaksanaan tugas-tugas serupa itu. Tuntutan atau daya penarik dalam hal ini kebanyakan bersifat emosional. Daya penarik ini menampilkan motif-motif kepada kita untuk bertindak menurut cara yang dikehendaki. Apabila  aksi tidak dapat diperoleh tanpa kepastian pendirian ,maka argumentasi dari orang intelek dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan. Eksposisi dan deskripsi menyajikan konsep-konsep mengenai sebuah makna yang terlibat. Namun harus disadari bahwa proses tersebut merupakan batu loncatan kepada tujuan nyata dari tindakan yang diharapkan.
Meyakinkan pada dasarnya dalah membuat atau membujuk seorang akan kebenaran dan itu berbeda dari memaksakan. Jadi meyakinkan lebih kepada akal fikiran daripada perasaan emosional.
            Meyakinkan menuntut beberapa unsur, antara lain :
1.      Kejelasan, kemurnian, atau kecerahan (clarity).
2.      Ketertiban , kerapian, atau keteraturan (orderlines).
3.      Fakta-fakta, bukti-bukti, atau petunjuk-petunjuk (evidence).
4.      Alasan-alasan, bantahan-bantahan, penjelasan-penjelasan, atau argumen-argumen (arguments).
5.      Pikiran –pikiran atau pemikran yang jujur dan terus terang.
(powers, 1951 : 241-242)

Biasanya para pendengar dirangsang untuk berbuat aksi dengan daya tarik yang emosional. Dan daya tarik yang fundamental dari semua pembicara adalah daya tarik pribadi mereka. Biasanya pendengar tertarik atau terpikat oleh karakter yang kuat dari seorang pembicara. Dalam benak pendengar harus tertanam keyakinan yang kuat agar proses ini berjalan dengan baik. Dengan kata lain pembicara sangat mempengaruhi keyakinan pendengar.Kepastian pendirian bergerak maju dari penyediaan alasan-alasan yang cukup banyak menuju ke akal pikiran.

            Menurut Schwab dan Beatty yang telah melakukan penelitian bertahun-tahun menyarankan beberapa cara untuk memperoleh aksi daya tarik dasar, yang meliputi :
a.       Ajukanlah suatu penawaran  misalnya : menawarkan brosur, contoh, percobaan bebas, premi (hadiah), harga perdana,dan lain lain.
b.      Batasi waktu : batasi waktu untuk penawaran.
c.       Persediaan terbatas : yaitu menekankan kepada pendengar bahwa hal yang dibicarakan itu bersifat terbatas, jadi pendengar termotivasi dengan keadaan tersebut mengingat sesuatu yang dibicarakan itu terbatas sehingga muncul dalam benak pendengar takut tidak mendapatkan hal tersebut.
d.      Jaminan atau garansi : memberikan jaminan atau garansi tentang hal yang dimaksud sehingga pendengar akan merasa nyaman dan akan terbujuk.
e.       Harga meningkat terus : yaitu memberikan informasi kepada pendengar bahwa hal ( bisa meliputi barang, dsb) dapat naik sewaktu- waktu. Mungkin hari ini harga di bawah standar, namun besok belum tentu. Sehingga pendengar akan berfikiran untuk membeli produk tersebut secepatnya.
f.       Penurunan harga
g.      Keuntungan atau kerugian : membujuk pendengar dengan cara memberi informasi keuntungan apa saja yang didapat jika membeli produk atau barang tersebut dan hal apa saja yang akan terjadi bila tidak membeli produk atau barang tersebut.

D. BERBICARA UNTUK MERUNDINGKAN
            Berbicara untuk merundingkan atau deliberative speaking pada dasarnya bertujuan untuk menemukan sejumlah keputusan atau rencana yang tepat yang sebelumnya dibicarakan dahulu dengan beberapa pihak untuk mencapai tujuan atau keputusan. Keputusan-keputusan itu dapat menyangkut sifat hakekat  tindakan masa lalu atau sifat dan hakekat tindakan-tindakan mendatang. Misalnya : dalam suatu pemeriksaan, pengadilan mencoba menentukan apakah seorang itu tidak bersalah atau bersalah terhadap tindakannya pada masa lalu sehingga mungkin saja mengambil keputusan pada aspek “ di sini dan kini “. Fakta- fakta diteliti dan ditelaah untuk menentukan apakah keputusan yang diambil itu benar-benar adil atau tidak. Pengadilan tidak bermaksud untuk melaksanakan keputusannya, tetapi hanya untuk menentukan apa sebenarnya yang terkandung dalam setiap kasus. Hukuman merupakan suatu rencana ganti rugi atau retribusi yang disarankan oleh pengadilan,tetapi tidak dilaksanakan oleh pengadilan. Begitu pula dalam perusahaan , para menejer mengadakan pertemuan secara teratur untu menentukan apa yang baik dan apa yang buruk dalam siasat-siasat penjualan dan administratif mereka sebelumnya. Dalam pertemuan-pertemuan seperti itu yang menjadi tujuan adalah untuk memberi penilaian terhadap tindakan-tindakan masa lalu , untuk menyelidiki serta merenungkan nilainya. Dalam kedua jenis situasi yang di jelaskan di atas tadi, maka yang merupakan hasil bukanlah tindakan, melainkan keputusan.
            Dalam menentukan suatu keputusan , tidak hanya bertolak pada fakta-fakta saja melainkan harus mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan. Dalam menentukan sebuah sifat suatu tindakan yang telah berlalu, menggunakan acuan fakta fakta yang dicari. Sedangkan tindakan yang akan mendatang digunakan pedoman yang fakta yang paling baiklah yang dicari.
            Dalam membuat keputusan para partispan harus teliti dan berhati-hati. Mereka tidak menggunakan pendapat satu pihak namun semua pihak. Mereka juga menerima sebuah nasehat, serta mempertimbangkan fakta-fakta yang dikemukakan. Keputusan tersebut lebih bersifat intelektual dan tidak bersifat emosional, lebih bersifat meyakinkan daripada mendesak. Metode-metode yang dipergunakan oleh pembicara sederhana dan langsung dan dia berusaha keras membuka rahasia segala fakta-fakta yang tersedia dan mungkin juga kemungkinan-kemungkinan yang ada. Tujuan bukanlah tindakan ( atau aksi), tetapi bayangan pemikiran ( atau refleksi), bukan melakukan, tetapi memutuskan . situasi-situasi yang seperti itulah yang merupakan “situasi-situasi deliberatif” dan berbicara, dan tujuan umumnya adalah keputusan atau kepastian pendirian. 











BAB III
SIMPULAN

Berbicara di depan umum merupakan salah satu teknik atau seni berbicara yang harus dimiliki oleh pembicara untuk mampu menarik perhatian audiens. Berbicara di muka umum Di bagi menjadi 4 yaitu, berbicara untuk melaporkan, berbicara secara kekeluargaan, berbicara untuk meyakinkan, dan berbicara untuk merundingkan. Manfaat yang dapatdiambil jika kita melatih diri berbicara dimuka umum adalah kita dapat menempatkan diri kita di masyarakat, dan dapat menyampaikan sesuatu dimuka umum.



















DAFTAR PUSTAKA

Taringan, Henry Guntur. 2008. Berbicara sebagai satu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa




Share:

0 komentar:

Posting Komentar