MAKALAH TEORI BELAJAR HUMANISME
TUGAS KELOMPOK
BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR
MENURUT ALIRAN HUMANISME
Sebagai
Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Belajar Dan Pembelajaran Yang Diampu
Oleh prof. Dr.
H. Karwono, M.Pd
Oleh
Nama NPM
Syahid M. Rahman 11320051
Isqal Kurniawan 11320069
Nia Ariska 11320074
Rety Ida Ayu
Safitri 11320076
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDY
PENDIDIKAN BIOLOGI
UNUVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan hidayah-nya kepada kita semua,
sehingga kita masih bias melaksanakan segala yang diperintahkan-nya dan
menjauhi segala larangan-nya. Sholawat serta salam kita junjungkan kepada nabi
besar MUHAMMAD SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada orang tua yang telah memberian kasih sayang,
doa, semagat, dan dukungan yang tak ternilai harganya. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H.
Karwono, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah belajar dan pembelajaran,
dan semua teman teman yang telah memberikan motifasi dan dukungannya sehingga
dapat terselesaikannya tugas ini.
Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalampenulisan ini. Sehingga segala kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa universitas
muhammadiyah metro pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Metro, September 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata
Pengantar……………………………………………………………. i
Daftar
Isi…………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang……………………………………………………… 1
B.
Rumusan
Masalah………………………………………………….. 2
C.
Tujuan penulisan
makalah…………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian teori belajar humanisme……………………………… 3
B.
Tokoh-tokoh teori
humanism……………………………………… 4
1. Arthur Combs………………………………………………….. 4
2. Abraham Maslow………………………………………………. 5
3. Carl R. Rogers………………………………………………….. 7
C.
Kekurangan dan kelebihan
teori belajar humanisme……………. 10
BAB IIIPENUTUP
A.
Kesimpulan
………………………………………………………….. 12
B.
Saran
………………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Aliran humanisme
muncul pada tahun 90-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan
psikoanalisa dan behabvioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran
ini boleh dikatakan relative masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup
dan terus-menerus mengeluarkan konsep yag relevan dengan bidang pengkajian
psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan
ha-hal yang bersifat positif tentang manusia.
Pengertian humanisik yang beragam membuat
batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan yang beragam pula. Teori
humanisme menyatakan bahwa bagian terpenting dalam proses pembelajaran adalah
unsure manusianya. Humanisme lebih melihat sisi perkembangan kepribadian
manusia dibandingkan berfokus pada “ketidaknormala”atau “sakit”.manusia akan mempunyai
kemampuan positif untuk menyembuhkan diri dari “sakit” tersebut, sehingga sisi
positif inilah yang ingin dikembangka oleh teori humanisme
Teori belajar humanisme bertujuan bahwa belajar adalah
untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah memhami
lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dati sudut pandang pengamatnya.
Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang ilmu filsafat,
teori kepribadian dan psikoterapi dibanding tentang psikologi belajar. Teori
humanisme lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu
sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep
pendidikan unttuk membentuk manusia yang dicita-citakan serta tentang proses
belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Selain teori
behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanisme juga perlu untuk
dipahami. Menurut teori humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditunjukan
untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori
humanisme sifatnya lebih abstrak dan mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori
humanisme sangat mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu
sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada pemahaman tentang prosesbelajar sebagaimana apa adanya, seperti
yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah diantaranya adalah
sebagai berikut :
- Bagaimana pengertian teori belajar humanisme ?
- Siapakah tokoh – tokoh dalam teori humanisme ?
C. Tujuan penulisan makalah
Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini antara lain adalah :
1.
Untuk dapat mengetahui teori belajar humanisme?
- Untuk mengetahui tokoh – tokoh yang berperan dalam teori humanisme?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar
Humanisme
Dalam teori belajar humanistme proses belajar harus
berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat
menekankan pentingnya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teri ini lebih
banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang
paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa
yang bias kita amati dalam dunia keseharian. Menurut teori humanisme, tujuan
belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil
jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia pun mampu mencapai aktualisai
diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenali diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang
dad dalam diri mereka.
Dalam pelaksanaannya, teori humanisme ini antara lain
tampak juga dalam pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya
tentang belajar bermakna atau “Meaningful
Lerning” yang juga tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa
belajar merupakan asimilasi bermakna.materi yang dipelajari diasimilasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi
dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa
motivasi dan keinginan dari pihak si
belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru kedalam struktur
kognitif yang telah dimilikinya teori humanisme berpendapat bahwa teori belajar
apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memenusiakan manusia yaitu
mencapai aktualisai diari, pemahama diri, serta realisasi diri orang yang
belajar secara optimal.
Pemahaman terhadap belajar yang diidealkan menjadi
teori humanisme dapat memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya
memanusiakan manusia. Hal ini menjadikan teori humanisntic bersifat sangan
eklektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendiriian atau pendekatan
belajar tertentu akan ada kebaikan dan ada pula klemahannya. Dalam arti ini
elektisisme suatu system dengan membiarkan unsure-unsur tersebut dalam keadaan
sebagaimana adanya atau aslinya. Teori humanisme akan memanfaatkan teori-teori
apapunasal tujuanya tercapai yaitu memanusiakan manusia.
Manusia adalah makhluk yang
kompleks. Banyak ahli didalam menyusun teorinya hanya terpukau pada aspek
tertentu yang sedang menjadi pusat perhatiannya. Dengan pertimbangan –
pertimbangan tertentu setiap ahli melakukan penelitiannya dari sudut pandangnya
masing – masing dan menganggap bahwa keterangannya tentang bagaimana manusia
itu belajar adalah sebagai keterangan yang paling memadai. Maka akan terdapat
berbagai teori tentang belajar sesuai pandangan masing –masing.
B. Tokoh – Tokoh Teori Humanisme
Tokoh penting dalam teori belajar humanitik secara
teoritik antara lain adalah : Arthur Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers..
1. Arthur Combs
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan
perilaku-perilaku batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain.
Agar dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain
tersebut, bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya,
untuk mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya.
Sesungguhnya para ahli psikologi humanisme melihat dua bagian belajar, yaitu
diperoleh informasi baru dan personalisasi informasi baru tersebut.
a.
Pemerolehan
informasi baru
Peserta didik akan tertarik dan bersemangat untuk
belajar jika apa yang dipelajari akan menjadi suatu informasi baru yang
bermakna dan bermanfaat bagi dirinya.
b.
Personalisasi
informasi baru
Informasi baru yang dipahami peserta didik itu bukan
hasil transfer langsung dari guru ke peserta didik. Peserta didik sendirilah
yang mecerna dan mengolah apa yang disampaikan oleh guru menjadi sesuaidan
bermakna. Atrinya informasi itu diperolehnya sendiri dan peserta didik menjadi
pemilik informasi tersebut. Peran guru disini adalah sebagai pembimbing yang
mengarahkan.
Keliru jika guru berpendapatbahwa
murid akan mudah belajar kalua bahan pelajaran disusun dengan rapid an
disampaikan dengan baik, tetapi arti dan maknanya tidak melekat pada bahan ajar
itu, murid sendirilah yang mencerna dan menyerap arti dan makna bahan pelajaran
tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah
bagaimana pelajaran itu disampaikan,tetapi bagaimana membantu murid memetik
arti dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut dengan hidup
dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa misinya telah berhasil.
Semakin jauh hal-hal yang terjadi di luar diri
seseorang (dunia) dari pusat lingkaran lingkaran (persepsi diri),semakin kurang
pengaruhnya terhadap seseoarang. Sebaliknya, semakin dekat hal-hal tersebut
dengan pusat lingkaran, maka semakin besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam
berperilaku. Jadi jelaslah maka semakin
banyak hal yang dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena tidak
adakaitanya sama sekali dengan dirinya.
2. Abraham Maslow
Abraham H. Maslow adalah tokoh yang menonjol dalam
psikologi humanisme. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali
terhadap upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting
didasrkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk
tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan.
Maslow, berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki
kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan
kebutuhan tertinggi. Kebutuhan tersebut terbagi dalam lima tingkatan yaitu:
a.
Kebutuhan
jasmaniah atau dasar (basic needs),
seperti makan, minum, tidur, dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan.
b.
Kebutuhan
akan rasa aman (safety needs),
kebutuhan kesehatan, keamanan lingkungan, lapangan kerja, sumber daya, dan
terhindar dari bencana.
c.
Kebutuhan
untuk dimiliki dan dicintai (belongingnees
needs), butuh cinta, persahabatan, dan keluarga,kebutuhan menjadi anggota
kelompok, dan sebagainya.
d.
Kebutuhan
akan harga diri (esteem needs), butuh
kepercayaan diri, harga diri, prestasi, dan penghargaan dari orang lain.
e.
Kebutuhan
aktualisasi diri (self actualization
needs), moralitas, kreativitas, dan ekspresi diri.
Maslow membedakan antara empat kebutuhan pertama
dengan satu kebutuhan yang berikutnya (kebutuhan teratas). Keempat kebutuhan
yang pertama disebut deficiency neds
(kebutuhan yang timbul karena kekurangan) pemenuhan kebutuhan ini pada
umumnyabergantung pada orng lain. Sedangkan satu kebutuhan yang lain dinamakan growth needs (kebutuhan untuk tumbuh)
dan pemenuhannya lebih bergantung pada manusia itu sendiri.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan
yang tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada
terpenuhinyankebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan
potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri
ini tampil,tidaklah sama pada setiap orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul
kebutuhan untuk tahu dan mengerti, yakni dorongan untuk mencari tahu,
memperoleh ilmu dan pemahaman.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan
sangat penting. Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinnya
memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami
mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak
tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki
motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bias menyalahkan anak atas
kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak
terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti.bisa
jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup,
smalaman tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi/keluarga yang
membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
3. Carl R. Rogers
Metode yang diterapkan Rogers dalam
psikoterapi awalnya disebut non directive atau terapi yang berpusat pada klien
(client centered therapy), dan pioneer dalam risetnya pada proses terapi.
Pendekatan terapi yang berpuast pada klien dari Rogers sebagi metode untuk
memahami orang lain, menangani masalah-masalah gangguan emosional. Rogers berkeyakinan bahwa
pandangan humanisme dan holism terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dalam
teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan pada akhirnya menyadari untuk
mengembangkan diri secara utuh dan lebih dapat menjadi dirinya sendiri.
Lima sifat khas orang yang berfungsi
sepenuhnya (fully human being):
v Keterbukaan
pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang
menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga timbul persepsi baru.
Dengan demikian ia akan banyak mengalami emosi (emosional) baik yang positif
maupun yang negative.
v Kehidupan
ekstansial
Kualitas dari kehidupan ekstansial dimana orang
terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru,
dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respon atas
pengalaman selanjutnya.
v Kepercayaan
terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seorang membuka
diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku
menurut apa yang dirasakannya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia
dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
v Perasaan
bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu
pilihan tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara
alternative pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan
berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya masa depan tergantung
pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa pada masa lampau sehingga ia dapat
melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupanya dan merasa mampu melakukan apa
yang saja yang ingin dilakukanya.
v Kreatifitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan
kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki
kreativitas dengan cirri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah,
bertumbuh, dan berkembang sebagai respon atas stimulus kehidupan yang beraneka
ragam disekitarnya.
Calr R. Rogers merupakan ahli
psikologi humanisme yang gagasan-gagasnnya berpebgaruh terhadap pukiran dan
praktek psikologi di semua bidang, baik klinis, pedidikan, dan lain-lain. Lebih
khusus dalam bidang pendidikan , Rogers mengutarakan pendapat tentang
prinsis-prinsip belajar humanisme.Dalam buku Freedom to Learn, Rogers
mengemukakan prinsip-prinsip belajar humanisme yang penting adalah sebagia
berikut :
ü Manusia itu
mempunyai kemampuan belajar secara alami.
ü Belajar yang
signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi
dengan maksud-maksud sendiri.
ü Belajar yang
menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap
mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
ü Tugas-tugas
belajar yang mengancam diri mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila
ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
ü Apabila
ancaman terhadap diri peserta didik rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
ü Belajar yang
bermakna diperoleh peserta didik dengan melakukannya.
ü Belajar
diperlancar jika peserta didiknya dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggung jawab terhadap proses belajar.
ü Belajar
inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi peserta didik seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam dan lestari.
ü Keprcayaan
terhadap diri sendiri, kemerdekaan,kreativitas, lebih mudah dicapai terutama
jika peserta didiknya dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya
sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
ü Belajar yang
paling berguna secara social di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai
proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan
penyatuan kedalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Berdasarkan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rogers diatas,
secara singkat inti prinsip belajar humanism adalah sebagai berikut :
a. Hasrat untuk Belajar
Menurut Rogers,manusia mempunyai hasrat alamiah untuk
belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tau anak apabila diberi
kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar
ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanisme. Di dalam kelas yang humanism
anak-anak diberi kesempatan dan bebas untuk memuaskan dorongan ingin
tahunya, untuk memenuhi minatnya dan
untuk menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
b. Belajar yang berarti
belajar akan mempunyai arti atau mekne apabila apa
yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan
belajar adengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya.
c. Belajar tanpa ancaman atau hukuman
Belajar mudah dilakukan dan hasilanya dapat disimpan
dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman atau
hukuman. Proses belajar akan berjalan lancer manakala murid dapat menguji
kemampuanya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat
kesalahan-kesalahan tan pa mendapat kecaman yang biasanya menyinggung perasaan.
d. Belajar atas inisiatif sendiri
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan
atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu
memilih arah arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan
mengulurkan kesempatan kepada murid untuk
“belajar bagaimana caranya belajar” (to
learn how to learn). Tidak perlu diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran
itu penting, akan tetapi tidak ebih penting daripada memperoleh kecakapan untuk
mencari sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai
hasil. Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik paa
proses maupun hasil belajar.
Beljar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid
menjadibebas, tidak bergantung, dan percaya pada diri sendiri. Apabila murid
belajar atas inisiatif sendiri, ia memiliki kesempatan untuk menimbang-nimbang
dan membuat keputusan, menentukan pilihan dan melekukan penilaian. Dia juga
lebih bergantung pada dirinya sendiri dan kuran bersandar pada penilaian pihak
lain.
Disamping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus
melibatkan semua aspek pribadi, kognitif, maupun afektif. Rogers dan para ahli
humanisme yang lain menanamkan jenis belajar ini sebagai whole – person learning belajar dengan seluruh pribadi, belajar
dengan pribadi yang utuh. Para ahli humanisme percaya, bahwa belajar dengan
tipwe ini akan menghasilkan perasaan memiliki (feeling of belonging) pada diri murid. Dengan demikian, murid akan
merasa terlibat dalam belajar, lebih bersemangat menangani tugas-tugas dan yang
terpenting adalah senantiasa bergairah untuk terus belajar.
e. Belajar dan perubahan
Prinsip terakhir yang dikamukakan oleh Rogers ialah
bahwa yang paling bermanfaat ialah belajar tentang proses belajar. Menurut
Rogers, diwaktu-waktu yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan
gagasan-gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat berubah, dan apa yang
diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat
ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu Pengetahuan dan
teknologi selalu maju dan melaju.apa yang dipalajari di masa lalu tidak
membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan
datang. Dengan demikian, yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang mampu
belajar di lingkungan yang sedang berubah dan akan terus berubah.
C. Kekurangan dan kelebihan teori belajar humanisme
1. Kekurangan
Peserta didik kesulitandalam mengenali diri dan
potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
2. Kelebihan
Dalam pembelajaran pada teori ini siswa dituntutuntuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai
diri dengan sebaik-baiknya.
Selain itu Teori
humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan budaya
populer. Sekarang ini banyak psikolog yang menerima gagasan ini ketika teori
tersebut membahas tentang kepribadian, pengalaman subjektif manusia mempunyai
bobot yang lebih tinggi daripada relitas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Menurut Teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
- Tokoh penting dalam teori belajar humanisme secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
- B. Saran
Perlu adanya kajian yang lebih mendalam dan lebih luas tentang teori ini
dan aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Teori Belajar Humanisme (online).
(trimanjuniarso.files.wordpress.com). /2008/02/teori belajar humanism.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar
Dan Pembelajaran.Jakarta :PT Rineka Cipta.
Karwono.2010.Belajar
Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar.Ciputat:Cerdas Jaya.
Rahmahana, Ratna Syifa’a. 2008. Psikologi Humanisme dan Aplikasinya dalam
Pendidikan. Jurnal Pendididkan Islam,1-1-2008 : 99 – 114.
0 komentar:
Posting Komentar