BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perkembangan
teknologi dan informasi telah berdampak luas dalam berbagai bidang kehidupan
termasuk dalam bidang Bimbingan dan Konseling. Dalam bidang tersebut Teknologi
dan informasi membantu dalam proses konseling dengan menggunakan pelayanan
berbasis teknologi dan informasi.
Akhir-akhir
ini kita menyaksikan adanya perubahan yang begitu cepat dalam seluruh kehidupan
bermasyarakat. Perubahan ini terjadi antara lain pada bagaimana manusia
berinteraksi dengan manusia yang lain. Komunikasi yang terjadi saat ini tidak
saja dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi yang kuno (konvesional)
tetapi sudah menggunakan perangkat-perangkat teknologi yang canggih.
Teknologi
informasi diartikan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan
telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras, perangkat
lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya (Sri
Maharsi,2000).
Sedangkan
menurut Martin, Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi
komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses
dan menyampaikan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk
mengirimkan informasi (Izeere,2011).
Sehingga
dapat disumpulkan bahwa teknologi informasi (TI), ialah teknologi yang
digunakan untuk menyampaikan informasi melalui teknologi telekomunikasi dan
peralatan komunikasi sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dan
dipahami.
I.2 Pokok Masalah
Melalui makalah ini kita akan mencoba untuk membahas
tentang :
1.
Tren Teknologi Dalam Pelayanan Konseling.
2. Ragam
Teknologi Dalam Pelayanan Konseling
3. Manfaat
Penggunaan Teknologi Dalam Konseling Bagi Konselor
BAB
II
POKOK
BAHASAN
II.1 Tren Teknologi Dalam Pelayanan Konseling
Perkembangan
teknologi informasi yang pesat secara langsung mempengaruhi bagaimana
antarmanusia berinteraksi. Kecanggihan teknologi ini pada akhirnya akan
menghilangkan jarak, ruang dan waktu. Kecanggihan ini juga memengaruhi
bagaimana seseorang menyelesaikan masalahnya.
Pelayanan
konseling yang berkembang saat ini ternyata juga dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi informasi. Ada pergeseran nilai-nilai yang dimiliki masyarakat yang
memungkinkan penggunaan teknologi informasi dalam pelayanan konseling. Individu
saat ini seakan tidak memiliki waktu untuk datang ke ruang konseling. Mereka
lebih disibukkan dengan permasalahan kerjanya, yang pada akhirnya
mengesampingkan masalah-masalah pribadinya.
Pelaksanaan
konseling saat ini telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat berarti.
Perubahan yang terjadi saat ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan
teknologi terutama teknologi informasi. Perkembangan dunia komputer saat ini
telah mencapai tahap yang sangat canggih (sophisticated)
dan dapat dinikmati oleh hamper seluruh lapisan masyarakat. Bahkan dapat
dikatakan bahwa saat ini kita hidup dalam masyarakat teknologi yang
mempengaruhi kehidupan kita baik di kantor atau di rumah (Hansen dalam Pelling,
2002).
Pelling
(2002), menyebutkan bahwa pelaksanaan konseling karier dapat dilakukan dengan
bergabung pada kelompok-kelompok diskusi. Kelompok diskusi tentang karier dapat
diakses melalui alamat sebagai berikut :
Alamat-alamat tersebut dapat diakses
oleh konseli yang memliki kebutuhan untuk mengambil keputusan dalam pilihan
karier atau pendidikan lebih tinggi.
Pengenalan siswa terhadap e-mail pada
akhirnya juga berdampak pada proses konseling. Konseling seringkali enggan
datang ke ruang konseling, karena selama ini ruang konseling masih menjadi
“momok” bagi kebanyakan siswa. Untuk menjembatani ini, maka siswa atau konseli dapat
memanfaatkan teknologi internet untuk melakukan konseling. Konseli dapat
mengirim e-mail kepada konselor untuk menyatakan permasalahan yang dimilikinya.
Selanjutnya, konselor akan menjawab permasalahan konseli tersebut sesuai dengan
kaidah-kaidah konseling.
Untuk memasyarakatkan penggunaan
teknologi computer dalam konseling, maka konselor sebaiknya berupaya
mengembangkan keterampilannya dalam penguasaan computer khususnya internet.
Dalam kerja sehari-hari, sebaiknya konselor selalu berhubungan dengan computer.
Penguasaan informasi ini pada dasarnya sebagai suatu bentuk pelayanan terbaik yang
diberikan kepada konseli (Gale & McKee, 2002).
Informasi tentang perguruan tinggi saat
ini sudah jarang yang menggunakan pamflet atau brosur-brosur yang disebarkan
kepada masyarakat, tetapi lebih sering menggunakan media internet. Jika siswa
telah dibiasakan untuk mengakses alamat situs-situs tertentu, maka kemampuan
mereka untuk mengakses data yang dibutuhkan akan semakin besar. Sebagaimana
kita ketahui bahwa informasi yang bias diakses melalui internet hampir tiada
batas (unlimited), siswa dapat belajar
apa saja dari media internet.
Hohenshill (2000) menyatakan bahwa
konselor yang menguasai teknologi internet, maka dia akan dapat melakukan
identifikasi terhadap penggunaan kurikulum bagi siswa atau kelompok siswa yang
memiliki “kelainan”. Ada kemungkinan siswa atau kelompok siswa yang memiliki
masalah ini tidak dapat diakomodasi melalui kurikulum yang ada diinternet, maka
konselor bias membantu siswa atau kelompok siswa yang bermasalah tersebut.
Lebih lanjut, Offer dan Sampson yang
dikutip Sampson dkk, (2005) menyatakan bahwa kegiatan konseling saat ini
bergantung pada informasi dan perubahan teknologi yang dikembangkan dalam
website yang ada diinternet. Sehingga mereka menyatakan bahwa penggunaan
website untuk konseling memiliki lima fungsi yaitu : (a) menyalurkan konseli ke
layanan lain sebagaimana yang ditawarkan oleh pusat layanan (off-line); (b) mengalihkan konseli untuk
mengubah sumber daya yang ada dikarenakan terbatasnya sumber layanan; (c)
Menyediakan konseli adanya jasa online,
seperti informasi dan penilaian, yang sesuai dengan kebutuhan spesifik konseli;
(d) Menyediakan konseli suatu forum untuk mendiskusikan konseling dan karier
dengan para pemakai lain atau dengan praktisi; dan (e) menyediakan konseli
suatu pembelajaran jarak jauh yang dikombinasikan dengan jasa online atau sumber pembelajaran yang
lain.
Pada akhirnya, informasi yang didapat
oleh konselor akan dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan konseli
secara utuh. Selain itu, informasi yang diberikan oleh konselor kepada konseli
akan dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan tuntutan saat ini.
II.2 Ragam Teknologi Dalam Pelayanan Konseling
Pelaksanaan konseling pada akhir-akhir
ini telah menggunakan perangkat teknologi yang semakin canggih. Penggunaan ini
pada dasarnya menuntut konselor untuk dapat mengakses berbagai sumber yang
dapat digunakan untuk membantu mempertajam dan mengefektifkan siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya (VanZandt & Hayslip, dalam Clark
& Stone, 2005).
1.
Jaringan
Internet
Granelo,
dkk. Dalam Berry and Tracy dkk., (2003) menyatakan bahwa saat ini penggunaan
computer oleh konselor telah mengalami peningkatan yang sangat dramatis. Pada
akhirnya The Association for Counselor Edeucation and Supervision (ACES)
dinyatakan sebagai salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki oleh lulusan
konselor.
Granello
dan Wheaton (2004), menyatakan ada beberapa kelebihan penggunaan konseling via
e-mail adalah dapat mengurangi waktu, biaya murah, mudah dalam memasukkan data,
fleksibel dalam penggunaan format penulisan dan kemudahan untuk menangkap
informasi yang tersedia di internet.
Pada
dasarnya keputusan yang baik didasarkan pada terpenuhinya data yang mencukupi
dan akurat. Data yang akurat dan mencukupi tidak saja diperoleh dari proses
wawancara saja, tetapi dibutuhkan sumber-sumber data lain yang dapat mendukung.
Sumber data yang mendukung dapat diperoleh melalui media internet atau
computer. Dengan kata lain, bahwa computer dapat menunjukkan informasi yang
dibutuhkan untuk membuat suatu keputusan. Hal ini dikarenakan data yang
dibutuhkan sangat akurat dan mudah diakses oleh siswa.
Lebih
lanjut Pelling (2002), menyatakan bahwa penggunaan internet sebagai alat dalam
konsleing karier akan dapat membantu siswa dalam melakukan investigasi dirinya
tentang minat, pilihan karier, statistic pekerjaan dan pendidikan yang
dibutuhkan untuk memperoleh jabatan tertentu, juga tentang kesempatan kerja
yang ada. Journal of Technology in
Counseling (JTC) memberikan sumber-sumber yang dapat digunakanoleh konselor
untuk melakukan diskusi via e-mail atau beberapa web-site yang dapat digunakan
untuk mengeksplorasi karier yang ada antara lain :
1.
Professionalcounselors-subscribe@topia.com
(alamat e-mail ini digunakan untuk saling bertukar informasi tentang profesi
konseling, tertmasuk didalamnya karier konselor;
2.
listserv@cunyvm.cuny.edu
(alamat e-mail ini untuk mendapatkan informasi tentang pekerjaan dan
ketenagakerjaan;
5.
Stats.bls.gov/oco/ocodot1.htm
(buku pegangan atau kamus jabatan); dan
2.
Rekaman Video
Pada
lembaga pendidikan konselor dapat menggunakan teknologi lainseperti rekaman
video. Rekaman video ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
mempertajam keterampilan dasar konselingdan analisis teori-teori konseling yang
dipraktikkan.Dalam pelaksanaannya, dengan dibantu oleh konselor ahli, mahasiswa
akan direkam perilakunya selama pelaksanaan konseling. Perilaku yang dimaksud
adalah keterampilan-keterampilan konseling yang telah dipaham. Setelah proses
rekaman maka selanjutnya dilanjutkan dengan proses diskusi dan analisis.
Penggunaan
video dalam konseling pada dasarnya adalah melaksanakan strategi modeling.
Dalam strategi ini, konselor memaparkan suatu film tertentu yang sesuai dengan
karakteristik konseli. Model simbolis sangat berbeda dengan model hidup. Dalam
model simbolis digunakan materi lain seperti video, film, tape recorder, dan lain sebagainya. Menurut Cormier yang dikutip
Sutijono & Soedarmadji (2005), ada beberapa elemen yang perlu
dipertimbangkan sebelum konselor menggunakan model simbolis ini. Adapun
elemen-elemen itu adalah : (1) karakteristik pengguna model; (2) Tujuan
perilaku yang dijadikan model; (3) Media yang digunakan; (4) Isi skrip; dan (5)
testing lapangan terhadap model. Penjelasannya sebagai berikut.
Karakteristik Pengguna Model. Karakteristik
pengguna model ini menjadi elemen yang sangat penting dalam keberhasilan
pelaksanaan strategi modeling simbolis ini. Karakteristik pengguna model adalah
ras, jenis kelamin, suku, etnis, bahasa, umur dan pengalaman hidup. Dengan
demikian, model yang akan diberikan sebisa mungkin sama dengan karakteristik
yang dimiliki oleh konseli.
Tujuan Perilaku.
Konselor dalam menentukkan model simbolis harus jeli dalam menentukkan apa yang
ingin diubah pada diri konseli. Dengan demikian, konselor harus dapat melakukan
spesifikasi perilaku apa yang akan diubah. Apabila spesifikasi ini telah jelas
maka konselor dapat menentukkan penggunaan satu atau lebih model yang ada.
Sebagai contoh, konselor menggunakan rekaman video tentang orang yang kecanduan
narkotika. Tentu saja konselor harus menspesifikasi perilaku apa yang akan
diubah. Misalnya, perilaku menghindari jual-beli obat bius. Maka konselor dapat
menayangkan bagaimana model berperilaku menghindari jual beli obat bius. Contoh
lain, adalah digunakannya videotape
yang menggambarkan pemakaian insulin pada konseli pengguna insulin, dan
lain-lain.
Media.
Penggunaan media untuk terapi bukan saja memerhatikan segi ekonomisnya saja
tetapi juga mempertimbangkan efek yang akan dialami oleh konseli. Sering kali
penggunaan Taperecorder tidak efektif
bagi konseli (walau murah). Hal ini disebabkan konseli tidak dapat melihat
perilaku yang akan dicontoh atau perilaku yang akan dipelajari.
Isi Skrip.
Dalam pelaksanaan strategi modeling, konselor perlu mempersiapkan skrip untuk
merefleksikan presentasi model. Untuk hal ini ada lima bagian yang harus ada
dalam skrip, yaitu : instruksi, modeling, prasktik, balikan, dan simpulan.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1.
Instruksi,
setiap perilaku yang akan diubah melalui strategi modeling harus disertai
petunjuk. Konseli akan diberi petunjuk sebelum konseli mengidentifikasikan
model yang akan ditayangkan.
2.
Modeling,
skrip
harus berisi tentang deskripsi atau gambaran tentang perilaku atau aktifitas
yang dimodelkan serta memberikan dialog yang memungkinkan bagi konseli untuk
melakukannya.
3.
Praktik,
konseli
tidak hanya duduk diam, melihat dan merasakan saja apa yang ditayangkan, tetapi
konseli juga harus diberi kesempatan untuk mempraktikkan apa yang telah dilihat
dan didengarnya.
4.
Balikan,
Balikan
diberikan kepada konselisetelah konseli melakukan praktik. Selain itu, baslikan
ini bias diberikan pula pada saat konseli mengalami kesulitan didalam
mempraktikan apa yang dilihat dan didengarnya.
5.
Simpulan,
konselor
membantu konseli untuk membuat simpulan seteah selesai melaksanakan strategi
modeling.
Testing
Lapangan. Konselor didalam memberikan strategi modeling kepada
konseli tidak dapat melakukannya dengan asal-asalan, tetapi konselor perlu
membicarakan dengan teman sejawatnya mengenai kelebihan dan kekurangan suatu
strategi konseling yang akan diberikan kepada konseli. Jika memungkinkan
konselor dapat melakukan penelitian kecil mengenai efektifitas suatu strateg
konseling. Dengan mengadakan penelitian atau testing kecil ini, diharapkan
strategi yang akan diberikan kepada konseli akan sesuai dengan karakteristik
masalah dan kepribadian konseli.
3.
Dari Overhead
Projector Bergeser ke Power Point
Penyajian data dalam pelaksanaan
konseling saat ini juga mengalami perubahanyang berarti. Dahulu, konselor
menggunakan Overhead Projector (OHP) saja untuk menyajikan atau
mempresentasikan informasi kepada konseli. Penggunaan OHP ini seringkali
membuat konseli atau siswa merasa bosan, karena gambar yang ditayangkan
bersifat statis, tidak ada suara dan tidak kaya warna.
II.3 Manfaat Penggunaan Teknologi Dalam Konseling Bagi Konselor
Indiana State University-ISU dalam Hines
(2002), menyatakan beberapa manfaat penggunaan teknologi dalam konseling bagi
konselor sebagai berikut :
1.
Menjadikan
konselor sebagai pribadi yang terlatih, efektif dan efisien dalam menggunakan
computer dan internet.
2.
Menjadikan
konselor sebagai guru yang efektif dan fasilitator bagi guru, siswa dan
orangtua yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan dan sumber-sumber
informasi karier.
3.
Menjadikan
konselor familier terhadap trend penggunaan teknologi dalam pendidikan.
4.
Menjadikan
konselor memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber teknologi lain yang
dapat digunakan untuk melakukan proses konseling.
5.
Menjadikan
konselor mampu mengembangkan perencanaan penggunan teknologi dalam konseling
dalam jangka waktu tertentu.
6.
Menjadikan
konselor mampu untuk mendesain, menciptakan dan mengevaluasi efektivitas
penggunaan internet dalam konseling.
7.
Dapat melakukan
evaluasi program konseling secara objektif.
8.
Dapat memahami
legalitas dan implikasi etik.
9.
Dapat
memanfaatkan teknologi secara efektif.
10. Dapat
menggunakan teknologi secara efektif dalam usaha pengelolaan dana dan
sumber-sumber lain.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Sistem
teknologi informasi saat ini telah berkembang dengan sangat pesat sesuai dengan
perkembangan jaman dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Dengan adanya
kemajuan teknologi informasi tersebut, manusia dengan mudah dapat mengakses
informasi dari belahan dunia manapun dengan sangat cepat sehingga kebutuhan
manusiapun menjadi semakin cepat terpenuhi. Begitupun TIK di dunia bimbingan
konseling, perkembangan teknolgi saat ini mempermudah para konselor untuk
mengembangkan layanan konseling dimasyarakat melalui internet ataupun media
lainnya, selain itu klien juga bisa lebih mudah mengakses jasa layanan
konseling tanpa tatap muka melalui telepon dan jika ingin bertatap muka
walaupun tidak bertemu secara langsung kini sudah tersedia fasilitas video
call, yang memudahkan bagi klien dan konseling yang berjauhan.
Kemajuan
teknologi informasi tersebut juga sangat bermanfaat dalam bidang pendidikan.
Bimbingan dan konseling sebagai salah satu aspek dalam pendidikan juga
merasakan manfaat dari kemajuan teknologi informasi tersebut. Aplikasi yang
sangat nyata adalah proses layanan bimbingan dan konseling sudah tidak harus
dengan bertatap muka, melainkan bisa dengan menggunakan media informasi baik
itu telepon maupun internet. tetapi semua itu bukan tanpa masalah. Banyak
sekali hambatan yang menjadi duri bagi kemajuan dunia bimbingan dan konseling.
Salah satunya adalah sumber daya manusianya yang belum bisa memanfaatkan dengan
baik kemajuan teknologi informasi tersebut sehingga perlu sosialisasi kepada
konselor maupun kepada konseli agar kedua belah pihak bisa sama-sama
memanfaatkan media teknologi informasi yang sudah maju
III.2 Saran
Kemajuan
teknologi informasi tidak selamanya berdampak baik bagi individu. Dalam proses
bimbingan dan konseling masih banyak yang belum mengetahui pemanfaatan media
teknologi informasi untuk menunjang layanan bimbingan dan konseling. Konselor
sekolah tidak semuanya mengerti atau paham tentang pengguanaan internet.
Padahal internet merupakan media yang sangat efektif dalam proses layanan
bimbingan dan konseling. Untuk itu, perlu adanya suatu sosialisasi untuk
meningkatkan kinerja konselor di sekolah dalam hal memanfaatkan kemajuan
teknologi informasi agar nantinya bidang bimbingan dan konseling tidak lagi
menjadi bidang layanan yang membosankan dan menjenuhkan. Seperti halnya membuat
sebuah website atau blog yang menyediakan layanan konseling gratis melalui
chating online, selain untuk memudahkan klien dalam menggunakan layanan
konseling, hal ini juga membantu mengembangkan layanan konseling yang dulunya
hanya dikenal oleh masyarakat tertentu kini layanan tersebut dapat dikenal oleh
masyarakat awam yang sebelumnya menganggap layanan konseling itu bukan hanya
disekolah dan tempat tertentu saja. Tidak hanya konselor yang diberikan
sosialisasi tetapi konselinya pun perlu diberikan sosialisasi tentang layanan
tersebut agar konseli paham tentang layanan tersebut, dan untuk meningkatkan
minat konseli terhadap layanan konseling online misalnya konseli sasarannya
adalah para siswa, kehidupan mereka zaman sekarang tidak lepas dari masalah
percintaan, maka dari itu kita buat sebuah website yang menyediakan jasa
layanan konseling gratis yang melayani curhat mulai dari masalah sekolah,
keluarga, percintaan ataupun masalah yang ada pada remaja lainnya.
Jika
konselor dan konseli sudah paham akan manfaat dan pentingnya teknologi
informasi dalam menunjang proses layanan bimbingan dan konseling, maka ke
depannya bimbingan dan konseling akan menjadi suatu bidang pendidikan yang
inovatif dan efisien berkat kemajuan teknologi informasi.
0 komentar:
Posting Komentar