Kamis, 29 Desember 2016

Makalah Bimbingan Konseling



BAB I
PENDAHULUAN

I.1        Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan informasi telah berdampak luas dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang Bimbingan dan Konseling. Dalam bidang tersebut Teknologi dan informasi membantu dalam proses konseling dengan menggunakan pelayanan berbasis teknologi dan informasi.
Akhir-akhir ini kita menyaksikan adanya perubahan yang begitu cepat dalam seluruh kehidupan bermasyarakat. Perubahan ini terjadi antara lain pada bagaimana manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Komunikasi yang terjadi saat ini tidak saja dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi yang kuno (konvesional) tetapi sudah menggunakan perangkat-perangkat teknologi yang canggih.
Teknologi informasi diartikan sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan telekomunikasi dengan teknologi lainnya seperti perangkat keras, perangkat lunak, database, teknologi jaringan, dan peralatan telekomunikasi lainnya (Sri Maharsi,2000).
Sedangkan menurut Martin, Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyampaikan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi (Izeere,2011).
Sehingga dapat disumpulkan bahwa teknologi informasi (TI), ialah teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi melalui teknologi telekomunikasi dan peralatan komunikasi sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami.





I.2        Pokok Masalah
            Melalui makalah ini kita akan mencoba untuk membahas tentang :
1.      Tren Teknologi Dalam Pelayanan Konseling.
2.      Ragam Teknologi Dalam Pelayanan Konseling
3.      Manfaat Penggunaan Teknologi Dalam Konseling Bagi Konselor



















BAB II
POKOK BAHASAN

II.1      Tren Teknologi Dalam Pelayanan Konseling
Perkembangan teknologi informasi yang pesat secara langsung mempengaruhi bagaimana antarmanusia berinteraksi. Kecanggihan teknologi ini pada akhirnya akan menghilangkan jarak, ruang dan waktu. Kecanggihan ini juga memengaruhi bagaimana seseorang menyelesaikan masalahnya.
Pelayanan konseling yang berkembang saat ini ternyata juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi. Ada pergeseran nilai-nilai yang dimiliki masyarakat yang memungkinkan penggunaan teknologi informasi dalam pelayanan konseling. Individu saat ini seakan tidak memiliki waktu untuk datang ke ruang konseling. Mereka lebih disibukkan dengan permasalahan kerjanya, yang pada akhirnya mengesampingkan masalah-masalah pribadinya.
Pelaksanaan konseling saat ini telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat berarti. Perubahan yang terjadi saat ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi terutama teknologi informasi. Perkembangan dunia komputer saat ini telah mencapai tahap yang sangat canggih (sophisticated) dan dapat dinikmati oleh hamper seluruh lapisan masyarakat. Bahkan dapat dikatakan bahwa saat ini kita hidup dalam masyarakat teknologi yang mempengaruhi kehidupan kita baik di kantor atau di rumah (Hansen dalam Pelling, 2002).
Pelling (2002), menyebutkan bahwa pelaksanaan konseling karier dapat dilakukan dengan bergabung pada kelompok-kelompok diskusi. Kelompok diskusi tentang karier dapat diakses melalui alamat sebagai berikut :
3.         www.careerpath.com
Alamat-alamat tersebut dapat diakses oleh konseli yang memliki kebutuhan untuk mengambil keputusan dalam pilihan karier atau pendidikan lebih tinggi.
Pengenalan siswa terhadap e-mail pada akhirnya juga berdampak pada proses konseling. Konseling seringkali enggan datang ke ruang konseling, karena selama ini ruang konseling masih menjadi “momok” bagi kebanyakan siswa. Untuk menjembatani ini, maka siswa atau konseli dapat memanfaatkan teknologi internet untuk melakukan konseling. Konseli dapat mengirim e-mail kepada konselor untuk menyatakan permasalahan yang dimilikinya. Selanjutnya, konselor akan menjawab permasalahan konseli tersebut sesuai dengan kaidah-kaidah konseling.
Untuk memasyarakatkan penggunaan teknologi computer dalam konseling, maka konselor sebaiknya berupaya mengembangkan keterampilannya dalam penguasaan computer khususnya internet. Dalam kerja sehari-hari, sebaiknya konselor selalu berhubungan dengan computer. Penguasaan informasi ini pada dasarnya sebagai suatu bentuk pelayanan terbaik yang diberikan kepada konseli (Gale & McKee, 2002).
Informasi tentang perguruan tinggi saat ini sudah jarang yang menggunakan pamflet atau brosur-brosur yang disebarkan kepada masyarakat, tetapi lebih sering menggunakan media internet. Jika siswa telah dibiasakan untuk mengakses alamat situs-situs tertentu, maka kemampuan mereka untuk mengakses data yang dibutuhkan akan semakin besar. Sebagaimana kita ketahui bahwa informasi yang bias diakses melalui internet hampir tiada batas (unlimited), siswa dapat belajar apa saja dari media internet.
Hohenshill (2000) menyatakan bahwa konselor yang menguasai teknologi internet, maka dia akan dapat melakukan identifikasi terhadap penggunaan kurikulum bagi siswa atau kelompok siswa yang memiliki “kelainan”. Ada kemungkinan siswa atau kelompok siswa yang memiliki masalah ini tidak dapat diakomodasi melalui kurikulum yang ada diinternet, maka konselor bias membantu siswa atau kelompok siswa yang bermasalah tersebut.
Lebih lanjut, Offer dan Sampson yang dikutip Sampson dkk, (2005) menyatakan bahwa kegiatan konseling saat ini bergantung pada informasi dan perubahan teknologi yang dikembangkan dalam website yang ada diinternet. Sehingga mereka menyatakan bahwa penggunaan website untuk konseling memiliki lima fungsi yaitu : (a) menyalurkan konseli ke layanan lain sebagaimana yang ditawarkan oleh pusat layanan (off-line); (b) mengalihkan konseli untuk mengubah sumber daya yang ada dikarenakan terbatasnya sumber layanan; (c) Menyediakan konseli adanya jasa online, seperti informasi dan penilaian, yang sesuai dengan kebutuhan spesifik konseli; (d) Menyediakan konseli suatu forum untuk mendiskusikan konseling dan karier dengan para pemakai lain atau dengan praktisi; dan (e) menyediakan konseli suatu pembelajaran jarak jauh yang dikombinasikan dengan jasa online atau sumber pembelajaran yang lain.
Pada akhirnya, informasi yang didapat oleh konselor akan dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan konseli secara utuh. Selain itu, informasi yang diberikan oleh konselor kepada konseli akan dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan tuntutan saat ini.
II.2      Ragam Teknologi Dalam Pelayanan Konseling
Pelaksanaan konseling pada akhir-akhir ini telah menggunakan perangkat teknologi yang semakin canggih. Penggunaan ini pada dasarnya menuntut konselor untuk dapat mengakses berbagai sumber yang dapat digunakan untuk membantu mempertajam dan mengefektifkan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya (VanZandt & Hayslip, dalam Clark & Stone, 2005).
1.         Jaringan Internet
Granelo, dkk. Dalam Berry and Tracy dkk., (2003) menyatakan bahwa saat ini penggunaan computer oleh konselor telah mengalami peningkatan yang sangat dramatis. Pada akhirnya The Association for Counselor Edeucation and Supervision (ACES) dinyatakan sebagai salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki oleh lulusan konselor.
Granello dan Wheaton (2004), menyatakan ada beberapa kelebihan penggunaan konseling via e-mail adalah dapat mengurangi waktu, biaya murah, mudah dalam memasukkan data, fleksibel dalam penggunaan format penulisan dan kemudahan untuk menangkap informasi yang tersedia di internet.
Pada dasarnya keputusan yang baik didasarkan pada terpenuhinya data yang mencukupi dan akurat. Data yang akurat dan mencukupi tidak saja diperoleh dari proses wawancara saja, tetapi dibutuhkan sumber-sumber data lain yang dapat mendukung. Sumber data yang mendukung dapat diperoleh melalui media internet atau computer. Dengan kata lain, bahwa computer dapat menunjukkan informasi yang dibutuhkan untuk membuat suatu keputusan. Hal ini dikarenakan data yang dibutuhkan sangat akurat dan mudah diakses oleh siswa.
Lebih lanjut Pelling (2002), menyatakan bahwa penggunaan internet sebagai alat dalam konsleing karier akan dapat membantu siswa dalam melakukan investigasi dirinya tentang minat, pilihan karier, statistic pekerjaan dan pendidikan yang dibutuhkan untuk memperoleh jabatan tertentu, juga tentang kesempatan kerja yang ada. Journal of Technology in Counseling (JTC) memberikan sumber-sumber yang dapat digunakanoleh konselor untuk melakukan diskusi via e-mail atau beberapa web-site yang dapat digunakan untuk mengeksplorasi karier yang ada antara lain :
1.            Professionalcounselors-subscribe@topia.com (alamat e-mail ini digunakan untuk saling bertukar informasi tentang profesi konseling, tertmasuk didalamnya karier konselor;
2.            listserv@cunyvm.cuny.edu (alamat e-mail ini untuk mendapatkan informasi tentang pekerjaan dan ketenagakerjaan;
3.            www.ncda.org (National Career Development Association-NC-DA);
4.            www.schoolfinder.com (kuesioner tentang sikap dan minat);
5.            Stats.bls.gov/oco/ocodot1.htm (buku pegangan atau kamus jabatan); dan
6.            www.advisorteam.com/user/ktsintro.asp (tes kepribadian Keirsey)

2.         Rekaman Video
Pada lembaga pendidikan konselor dapat menggunakan teknologi lainseperti rekaman video. Rekaman video ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mempertajam keterampilan dasar konselingdan analisis teori-teori konseling yang dipraktikkan.Dalam pelaksanaannya, dengan dibantu oleh konselor ahli, mahasiswa akan direkam perilakunya selama pelaksanaan konseling. Perilaku yang dimaksud adalah keterampilan-keterampilan konseling yang telah dipaham. Setelah proses rekaman maka selanjutnya dilanjutkan dengan proses diskusi dan analisis.
Penggunaan video dalam konseling pada dasarnya adalah melaksanakan strategi modeling. Dalam strategi ini, konselor memaparkan suatu film tertentu yang sesuai dengan karakteristik konseli. Model simbolis sangat berbeda dengan model hidup. Dalam model simbolis digunakan materi lain seperti video, film, tape recorder, dan lain sebagainya. Menurut Cormier yang dikutip Sutijono & Soedarmadji (2005), ada beberapa elemen yang perlu dipertimbangkan sebelum konselor menggunakan model simbolis ini. Adapun elemen-elemen itu adalah : (1) karakteristik pengguna model; (2) Tujuan perilaku yang dijadikan model; (3) Media yang digunakan; (4) Isi skrip; dan (5) testing lapangan terhadap model. Penjelasannya sebagai berikut.
Karakteristik Pengguna Model. Karakteristik pengguna model ini menjadi elemen yang sangat penting dalam keberhasilan pelaksanaan strategi modeling simbolis ini. Karakteristik pengguna model adalah ras, jenis kelamin, suku, etnis, bahasa, umur dan pengalaman hidup. Dengan demikian, model yang akan diberikan sebisa mungkin sama dengan karakteristik yang dimiliki oleh konseli.
Tujuan Perilaku. Konselor dalam menentukkan model simbolis harus jeli dalam menentukkan apa yang ingin diubah pada diri konseli. Dengan demikian, konselor harus dapat melakukan spesifikasi perilaku apa yang akan diubah. Apabila spesifikasi ini telah jelas maka konselor dapat menentukkan penggunaan satu atau lebih model yang ada. Sebagai contoh, konselor menggunakan rekaman video tentang orang yang kecanduan narkotika. Tentu saja konselor harus menspesifikasi perilaku apa yang akan diubah. Misalnya, perilaku menghindari jual-beli obat bius. Maka konselor dapat menayangkan bagaimana model berperilaku menghindari jual beli obat bius. Contoh lain, adalah digunakannya videotape yang menggambarkan pemakaian insulin pada konseli pengguna insulin, dan lain-lain.
Media. Penggunaan media untuk terapi bukan saja memerhatikan segi ekonomisnya saja tetapi juga mempertimbangkan efek yang akan dialami oleh konseli. Sering kali penggunaan Taperecorder tidak efektif bagi konseli (walau murah). Hal ini disebabkan konseli tidak dapat melihat perilaku yang akan dicontoh atau perilaku yang akan dipelajari.
Isi Skrip. Dalam pelaksanaan strategi modeling, konselor perlu mempersiapkan skrip untuk merefleksikan presentasi model. Untuk hal ini ada lima bagian yang harus ada dalam skrip, yaitu : instruksi, modeling, prasktik, balikan, dan simpulan. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1.        Instruksi, setiap perilaku yang akan diubah melalui strategi modeling harus disertai petunjuk. Konseli akan diberi petunjuk sebelum konseli mengidentifikasikan model yang akan ditayangkan.
2.        Modeling, skrip harus berisi tentang deskripsi atau gambaran tentang perilaku atau aktifitas yang dimodelkan serta memberikan dialog yang memungkinkan bagi konseli untuk melakukannya.
3.        Praktik, konseli tidak hanya duduk diam, melihat dan merasakan saja apa yang ditayangkan, tetapi konseli juga harus diberi kesempatan untuk mempraktikkan apa yang telah dilihat dan didengarnya.
4.        Balikan, Balikan diberikan kepada konselisetelah konseli melakukan praktik. Selain itu, baslikan ini bias diberikan pula pada saat konseli mengalami kesulitan didalam mempraktikan apa yang dilihat dan didengarnya.
5.        Simpulan, konselor membantu konseli untuk membuat simpulan seteah selesai melaksanakan strategi modeling.

Testing Lapangan. Konselor didalam memberikan strategi modeling kepada konseli tidak dapat melakukannya dengan asal-asalan, tetapi konselor perlu membicarakan dengan teman sejawatnya mengenai kelebihan dan kekurangan suatu strategi konseling yang akan diberikan kepada konseli. Jika memungkinkan konselor dapat melakukan penelitian kecil mengenai efektifitas suatu strateg konseling. Dengan mengadakan penelitian atau testing kecil ini, diharapkan strategi yang akan diberikan kepada konseli akan sesuai dengan karakteristik masalah dan kepribadian konseli.
3.         Dari Overhead Projector Bergeser ke Power Point
Penyajian data dalam pelaksanaan konseling saat ini juga mengalami perubahanyang berarti. Dahulu, konselor menggunakan Overhead Projector (OHP) saja untuk menyajikan atau mempresentasikan informasi kepada konseli. Penggunaan OHP ini seringkali membuat konseli atau siswa merasa bosan, karena gambar yang ditayangkan bersifat statis, tidak ada suara dan tidak kaya warna.

II.3      Manfaat Penggunaan Teknologi Dalam Konseling Bagi Konselor
Indiana State University-ISU dalam Hines (2002), menyatakan beberapa manfaat penggunaan teknologi dalam konseling bagi konselor sebagai berikut :
1.         Menjadikan konselor sebagai pribadi yang terlatih, efektif dan efisien dalam menggunakan computer dan internet.
2.         Menjadikan konselor sebagai guru yang efektif dan fasilitator bagi guru, siswa dan orangtua yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan dan sumber-sumber informasi karier.
3.         Menjadikan konselor familier terhadap trend penggunaan teknologi dalam pendidikan.
4.         Menjadikan konselor memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber teknologi lain yang dapat digunakan untuk melakukan proses konseling.
5.         Menjadikan konselor mampu mengembangkan perencanaan penggunan teknologi dalam konseling dalam jangka waktu tertentu.
6.         Menjadikan konselor mampu untuk mendesain, menciptakan dan mengevaluasi efektivitas penggunaan internet dalam konseling.
7.         Dapat melakukan evaluasi program konseling secara objektif.
8.         Dapat memahami legalitas dan implikasi etik.
9.         Dapat memanfaatkan teknologi secara efektif.
10.     Dapat menggunakan teknologi secara efektif dalam usaha pengelolaan dana dan sumber-sumber lain.





BAB III
PENUTUP

III.1     Kesimpulan
Sistem teknologi informasi saat ini telah berkembang dengan sangat pesat sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi tersebut, manusia dengan mudah dapat mengakses informasi dari belahan dunia manapun dengan sangat cepat sehingga kebutuhan manusiapun menjadi semakin cepat terpenuhi. Begitupun TIK di dunia bimbingan konseling, perkembangan teknolgi saat ini mempermudah para konselor untuk mengembangkan layanan konseling dimasyarakat melalui internet ataupun media lainnya, selain itu klien juga bisa lebih mudah mengakses jasa layanan konseling tanpa tatap muka melalui telepon dan jika ingin bertatap muka walaupun tidak bertemu secara langsung kini sudah tersedia fasilitas video call, yang memudahkan bagi klien dan konseling yang berjauhan.
Kemajuan teknologi informasi tersebut juga sangat bermanfaat dalam bidang pendidikan. Bimbingan dan konseling sebagai salah satu aspek dalam pendidikan juga merasakan manfaat dari kemajuan teknologi informasi tersebut. Aplikasi yang sangat nyata adalah proses layanan bimbingan dan konseling sudah tidak harus dengan bertatap muka, melainkan bisa dengan menggunakan media informasi baik itu telepon maupun internet. tetapi semua itu bukan tanpa masalah. Banyak sekali hambatan yang menjadi duri bagi kemajuan dunia bimbingan dan konseling. Salah satunya adalah sumber daya manusianya yang belum bisa memanfaatkan dengan baik kemajuan teknologi informasi tersebut sehingga perlu sosialisasi kepada konselor maupun kepada konseli agar kedua belah pihak bisa sama-sama memanfaatkan media teknologi informasi yang sudah maju


III.2     Saran
Kemajuan teknologi informasi tidak selamanya berdampak baik bagi individu. Dalam proses bimbingan dan konseling masih banyak yang belum mengetahui pemanfaatan media teknologi informasi untuk menunjang layanan bimbingan dan konseling. Konselor sekolah tidak semuanya mengerti atau paham tentang pengguanaan internet. Padahal internet merupakan media yang sangat efektif dalam proses layanan bimbingan dan konseling. Untuk itu, perlu adanya suatu sosialisasi untuk meningkatkan kinerja konselor di sekolah dalam hal memanfaatkan kemajuan teknologi informasi agar nantinya bidang bimbingan dan konseling tidak lagi menjadi bidang layanan yang membosankan dan menjenuhkan. Seperti halnya membuat sebuah website atau blog yang menyediakan layanan konseling gratis melalui chating online, selain untuk memudahkan klien dalam menggunakan layanan konseling, hal ini juga membantu mengembangkan layanan konseling yang dulunya hanya dikenal oleh masyarakat tertentu kini layanan tersebut dapat dikenal oleh masyarakat awam yang sebelumnya menganggap layanan konseling itu bukan hanya disekolah dan tempat tertentu saja.  Tidak hanya konselor yang diberikan sosialisasi tetapi konselinya pun perlu diberikan sosialisasi tentang layanan tersebut agar konseli paham tentang layanan tersebut, dan untuk meningkatkan minat konseli terhadap layanan konseling online misalnya konseli sasarannya adalah para siswa, kehidupan mereka zaman sekarang tidak lepas dari masalah percintaan, maka dari itu kita buat sebuah website yang menyediakan jasa layanan konseling gratis yang melayani curhat mulai dari masalah sekolah, keluarga, percintaan ataupun masalah yang ada pada remaja lainnya.
Jika konselor dan konseli sudah paham akan manfaat dan pentingnya teknologi informasi dalam menunjang proses layanan bimbingan dan konseling, maka ke depannya bimbingan dan konseling akan menjadi suatu bidang pendidikan yang inovatif dan efisien berkat kemajuan teknologi informasi.

 
Share:

0 komentar:

Posting Komentar